Nasib Pengungsi Rohingya Ujian untuk ASEAN

Rabu, 20 Mei 2015 | 07:15 WIB
Nasib Pengungsi Rohingya Ujian untuk ASEAN
Muslim Rohingya yang terdampar di Laut Aceh. (Antara/Syifa)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Nasib pelarian etnis Rohingya menjadi ujian untuk perkumpulan negara-negara di Asia Tenggara yang tegabung dalam ASEAN. Sejauhmana ASEAN bisa menyelesaikan persoalan kawasan itu.

Seorang anggota parlemen Malaysia, Charles Santiago mengatakan isu pelanggaran hak asasi manusia di kasus Rohingya sangat nyata. Etnis itu tidak diterima di Myanmar dan pindah ke negara-negara tetangga. Nasib mereka terkatung-katung.

"Ini adalah tes untuk ASEAN, untuk keberlanjutan ASEAN. Legitimasi akan tergantung pada ini, dan bagaimana hal itu diselesaikan," kata Charles Santiago seperi dilansir AP, Selasa (19/5/2015).

Dia mengatakan Indonesia, Malaysia dan Thailand harus saling bersaing untuk menunjukkan kepedulian kepada Rohingya. Sebab masalah Rohingya ini berpuluh tahun tidak terselesaikan.

Apa yang dialami Rohingya, kata dia, adalah krisis kemanusiaan yang sudah mendunia. Dunia tahu soal Rohingya sebagai kelompok yang paling teraniaya.

Semetara, Wakil Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin menilai Myanmar harus mengambil tanggung jawab untuk menyelesaikan ketegangan etnis Rohingya. Dikutip Bernama, Myanmar bisa meminta bantuan ASEAN.

Hanya saja, Pemerintah Myanmar menolak disebut sebagai biang masalah kaum Rohingya yang kabur dari negaranya. Hal itu dinyatakan langsung oleh Kantor Kepresidenan Myanmar.

Direktir Kantor Kepresidenan Myanmar, Zaw Htay menegaskan Presiden Thein Sein tidak akan menghadiri undangan Thailand untuk membahas ribuan kaum Rohingya yang mengungsi di Indonesia, Thailand dan Malaysia. Pertemuan akan dilakukan akhir bulan ini.

"Kami tidak mengabaikan masalah migran, tetapi para pemimpin kita akan memutuskan apakah akan menghadiri pertemuan berdasarkan apa yang akan dibahas. Kami tidak bisa menerima tuduhan oleh beberapa negara bahwa Myanmar sebagai sumber masalah," kata Zaw seperti dilansir al-Jazeera, pekan lalu.

Sebelumnya sebanyak 2.000 pengungsi Rohingya melarikan diri dari Myanmar. Mereka terdampar di Thailand, Malaysia dan Indonesia. Sebagian dari mereka bernasib tidak jelas. Rohingya juga kabur dari Bangladesh, namun karena faktor ekonomi. Sementara Rohingya yang kabur dari Myanmar karena faktor konflik lokal.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI