Suara.com - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan Duta Besar RI untuk Pakistan Burhan Muhammad sangat dekat dengannya karena mereka sama-sama kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
"Mas Burhan itu sudah seperti kakakku sendiri. Beliau adalah seniorku di universitas dan beliau saat bekerja di BIN, kami sering 'tandem' dalam bekerja sampai saat beliau menjadi deputi (di BIN) dan saya Dirjen Amerop (Amerika dan Eropa), banyak sekali hal yang kami komunikasikan berdua," kata Menlu Retno.
Menlu Retno dan almarhum sama-sama menyelesaikan jenjang S1 di Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Politik dan Sosial UGM Yogyakarta.
"Sampai saat saya menjadi menteri, kalau ada orang, beliau memanggil saya bu Menlu, tapi ketika pribadi, saya adalah Retno dan beliau adalah mas (kakak) saya," kata dia.
Karena kedekatan tersebut, Menlu Retno mengaku bahwa wafatnya Dubes Burhan merupakan kehilangan yang sangat besar.
Dalam pidato penghormatan kepada almarhum Burhan, Menlu mengatakan bahwa Indonesia kembali kehilangan salah satu putera terbaiknya.
Menlu Retno mengatakan kali terakhir bertemu Dubes Burhan sebelum kecelakaan helikopter di Gilgit-Baltistan di wilayah utara Pakistan, pada saat Konferensi Asia Afrika (KAA) di Balai Sidang Jakarta, April lalu.
"Kali terakhir bertemu di KAA, cuma bilang 'hai, Ret' dan saya jawab, 'Mas', dan sudah hanya itu karena kami sama-sama sibuk," kata dia.
Dubes Burhan Muhammad meninggal dalam usia 58 tahun setelah menjalani perawatan luka bakar serius di Rumah Sakit Umum Singapura, pada Selasa (19/5) pukul 00.50 waktu setempat.
Dubes Burhan merupakan salah satu korban kecelakaan helikopter di utara Pakistan pada 8 Mei lalu, yang juga menewaskan istrinya, almarhumah Hery Listyawati Burhan Muhammad.