Resmikan Teknologi MBBR Palyja, Ahok Ingin Masalah Air Teratasi

Selasa, 19 Mei 2015 | 13:33 WIB
Resmikan Teknologi MBBR Palyja, Ahok Ingin Masalah Air Teratasi
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) saat peresmian teknologi MBBR Palyja, di Tanah Abang, Jakarta, Selasa (19/5/2015). [Suara.com/Dwi Bowo Raharjo]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) telah meresmikan pengoperasian penerapan teknologi baru yang berada di PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) yang bernama Moving Bed Bio-film Reactor (MBBR). Teknologi ini diklaim sebagai yang pertama diterapkan di sektor air minum di Indonesia, bahkan Asia Tenggara, dengan memanfaatkan sumber air Kanal Banjir Barat (KBB).

"Kita sangat terima kasih untuk dua tahun ini. Kita sangat menghargai investasi. Tentu kita tidak ingin merusak citra Indonesia, bapak/ibu yang sudah investasi," ujar Ahok, ketika memberikan sambutan di Gedung Logistik Palyja, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa (19/5/2015).

Ahok bahkan mengatakan, pihaknya tidak terlalu memikirkan berapa anggaran yang harus dikeluarkan untuk membangun inovasi maupun terobosan baru semacam ini. Yang penting baginya adalah masalah air bersih bagi warga DKI Jakarta bisa teratasi.

"Kami tidak peduli berapa uang yang dihabiskan. Yang penting warga DKI seluruhnya dapat air bersih. Misalnya (biaya) bangun alat ini Rp20 miliar. Kalau saya kasih Rp1 triliun, (Berarti) bisa dapat 40 instalasi yang sama. Buat DKI itu kecil lho," ucap Ahok.

Ahok pun mengaku berharap banyak kepada Palyja, untuk bisa menangani permasalahan air bersih terutama di wilayah barat Jakarta.

Di kesempatan yang sama, Presiden Direktur Palyja, Dr Jacques Manem menyatakan, penerapan teknologi inovatif ini adalah untuk meningkatkan pasokan air kepada 150.000 masyarakat di bagian barat Jakarta. Ini juga merupakan langkah awal mencapai target 95 persen cakupan pelayanan di tahun 2020.

Dikatakannya, teknologi yang dikembangkan oleh Degremont Indonesia ini merupakan yang pertama kalinya diterapkan di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara.

"Pada prosesnya, teknologi Moving Bed Bio-film Reactor ini menggunakan medium-medium kecil yang dinamakan 'meteor', untuk melakukan pra-pengolahan air baku yang diambil dari Kanal Banjir Barat yang baku mutunya sangat buruk karena telah tercemar oleh limbah domestik maupun industri. Proses ini akan menguraikan polutan dalam air seperti amoniak, sehingga layak menjadi air baku, untuk selanjutnya akan diolah menjadi air minum," terang Jacques.

Untuk diketahui, MBBR ini disebut mampu menampung hingga 550 liter air per detik. Setelah diolah, air yang dihasilkan tidak akan jauh berbeda, karena hanya dibersihkan dari bakteri. Sedangkan 'meteor' sebagai alat utamanya disebut memiliki masa guna sekitar 10 tahun.

Jacques sendiri berpandangan, inovasi MBBR ini merupakan terobosan yang sangat penting untuk menjawab keresahan warga Jakarta yang biasa kekurangan air bersih.

"Memasuki tahun 2015 ini, Palyja berupaya keras untuk menambah pasokan air baku dari sumber air yang tersedia namun sangat tercemar di Jakarta. Dengan teknologi ini, Kanal Banjir Barat berkontribusi memasok air sebesar 550 liter per detik (lps) untuk konsumsi sekitar 200.000 orang," ujar dia.

Selain itu, menurut Jacques lagi, Palyja merencanakan membangun Instalasi Pengolahan Air (IPA) Pesanggrahan yang dapat menambah 1.200 lps air baku. Lantas, bekerja sama dengan PAM Jaya, Palyja juga berencana mengambil air baku dari IPA di Bekasi, yang diharapkan dapat memberi tambahan sebesar 3.000 lps.

Lainnya, Palyja juga disebut merencanakan pembangunan proyek booster pump Fatmawati dan Harmoni, serta memperkuat jaringan di area-area TB Simatupang, Gedong Panjang, Muara Baru dan transmisi Pluit Line. Semua itu dilakukan agar 95 persen masyarakat di wilayah pelayanan Palyja mendapat akses air bersih perpipaan pada tahun 2020.

Saat ini, menurut Jacques, ketersediaan pasokan air Palyja kepada pelanggan hanya sekitar 8,5 m3/detik. Hal ini karena pasokan air baku belum bertambah secara signifikan sejak 1998. Menurutnya, diperlukan sedikitnya 12,8 m3/detik air bersih untuk melayani 95 persen warga. Untuk mendistribusikan tambahan pasokan ini, diperlukan investasi besar-besaran, guna membangun 2.500 km jaringan pipa dengan biaya sekitar Rp2,5 triliun.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI