Suara.com - Empat hari sudah Pelabuhan Kuala Langsa, Provinsi Aceh, disesaki ribuan orang. Kondisinya riuh seperti pasar. Tenda-tenda, tanpa diduga serentak berdiri di beberapa sisi. Di dalamnya sangat sibuk.
Tenda yang berdiri ada yang dijadikan sebagai tempat pengobatan, musala, tempat kumpul orang, hingga penampungan bahan bantuan. Bantuan yang datang seperti pakaian bekas dan bahan pangan.
Sebelumnya, pelabuhan Kuala Langsa ini tergolong sepi. Kesibukan pelabuhan redup setelah pelayaran menuju Malaysia berhenti. Namun sejak Jumat (15/5/2015) lalu, nyala remang pelabuhan kembali terang.
Gudang-gudang kosong seketika berisi. Lampu-lampu mulai menyala menerangi setiap ruas jalan di area pelabuhan. Sejak pagi hingga malam, tempat ini riuh. Suara manusia menggema, desingan mesin kendaraan lalu lalang tiada henti. Asap-asap yang membawa harumnya aroma masakan, menyelusup sisi-sisi gudang.
Kesibukan itu terjadi lantaran tamu tak diundang datang. Sebanyak 678 imigran etnis Rohingya dan Bangladesh berkumpul di sana. Mereka tiba di Kuala Langsa setelah para nelayan menyelamatkan mereka setelah terombang-ambing di lautan.
Kapal-kapal yang mengangkut para manusia perahu, waktu itu nyaris karam karena sudah mulai dipenuhi air.
"Ada yang sudah melompat ke air. Mereka ketakutan, karena kapal sudah penuh air," kata salah seorang nelayan yang turut membantu menolong manusia perahu, Muhammad Adnan, kepada suara.com di Kuala Langsa, Senin (18/5/2015).
Dia mengatakan warga Rohingya maupun Bangladesh, saat proses penyelamatan dalam kondisi mengenaskan. Anak-anak menangis kencang, ibu-ibu berteriak histeris, para lelaki tak dapat berbuat banyak. Jika bantuan tak segera datang, kata dia, besar kemungkinan nyawa mereka tak tertolong.
"Begitu kami merapat, mereka ada lompat ke air. Satu perahu kita tarik ke atas (boat). Perkiraan kita, kapal yang ditumpangi imigran yang kami selamatkan di kapal kami, sekitar dua atau tiga jam lagi karam," kata dia.
Menurutnya, ada sekitar lima kapal nelayan yang mengangkut manusia perahu. Awal mula mereka ditemukan setelah nelayan mendapat informasi dari sesama rekannya di laut. Setelah mengetahui lokasinya, kata dia, kapal-kapal segera merapat.