Kisah Kehidupan Ibu dan Anaknya yang Berperilaku Bak Tarzan

Siswanto Suara.Com
Selasa, 12 Mei 2015 | 14:18 WIB
Kisah Kehidupan Ibu dan Anaknya yang Berperilaku Bak Tarzan
Bocah dengan kondisi menyedihkan bernama Nasiran, bersama ibunya, di RSUZA Banda Aceh. [Suara.com/Alfiansyah Ocxie]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - "Haaa... haaa... aaa." Hanya seperti itu yang bisa disampaikan Nasiran (14).

Nasiran dan ibunya bisu. Selain bisu, ibu dari Nasiran juga rabun. Sementara Nasiran menderita gizi buruk.

Ditambah lagi, kata dokter Rumah Sakit Zainoel Banda Aceh yang merawat mereka, Nasiran memiliki perilaku yang tidak lazim untuk anak seusianya.

Menurut dokter Mars Nasrah -- dokter anak yang menangani Nasiran, yang membentuk perilaku Nasiran sekarang ialah karena selama ini tak pernah berinteraksi secara sosial.

"Ada kemungkinan hal yang terjadi pada Nasiran itu akibat tidak adanya interaksi sosial. Ibunya yang bisu, juga tidak mampu berbuat apa-apa. Sehingga saat ia melewati masa-masa permanen, tak ada perlakuan yang layak yang dapat ia contoh," kata Mars di Banda Aceh, Senin (11/5/2015).

Kemudian suara.com melakukan penelusuran untuk mencari kebenaran di balik cerita-cerita yang beredar. Senin sore, suara.com bersama wartawan lainnya menghubungi saudara ibu Nasiran. Setelah berhasil meyakinkan yang bersangkutan, kami melakukan pertemuan di sebuah warung kopi di Banda Aceh.

Saudara ibu Nasiran tidak mau disebutkan namanya. Lelaki ini semula enggan bercerita soal kondisi yang Nasiran dan ibu. Sebab, menurutnya, ada masalah besar yang membuat mereka bernasib seperti itu.

Kata dia, Nasiran dan ibu merupakan warga Desa Ie Mirah, Kecamatan Babahrot, Kabupaten Aceh Barat Daya. Sejak lahir, katanya, Nasiran memang sudah dalam keadaan abnormal. Kesehatan ibu Nasiran pun tidak normal.

"Lihat saja mata ibunya, saat lihat orang pasti seperti bergetar-getar, mutar-mutar. Dia rabun, nggak jelas bisa melihat orang. Kalau Nasiran memang terlahir idiot," katanya.

Sebelum seperti sekarang, katanya, Nasiran dan ibu tinggal di rumah Hasan. Hasan adalah kakek Nasiran.

"Ayah Nasiran hilang waktu konflik (Aceh), sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya. Kalau neneknya atau istri pak Hasan itu sudah meninggal, jadi ibu Nasiran ini yatim piatu," katanya.

Bermula dari situ, nasib keduanya ditanggung Hasan. Namun, katanya, pada tahun 2009, Hasan meninggal dunia. Hasan meninggalkan empat orang anak perempuan. Dua anaknya bisu dan dua lagi dapat bicara. Ibu Nasiran adalah anak pertama dalam keluarga tersebut.

Mereka sebelumnya tinggal di sebuah rumah dekat jalan raya Desa Ie Mirah.

"Setelah Pak Hasan (orang tua ibu Nasiran) tiada lagi, meninggal dunia, anak-anaknya ini tercerai berai semua. Mereka mulai hidup terpisah-pisah," ujarnya.

Penyebab keempat anak Hasan terpisah, katanya, tak lain karena kurangnya perhatian keluarga. Persoalan itu kemudian memunculkan masalah baru, yakni ekonomi. Meski Hasan meninggalkan harta, anak-anaknya tak merasakannya.

"Ada masalah dengan ahli waris," ucapnya.

Kehidupan ibu Nasiran kian susah. Apalagi, ia harus menanggung Nasiran seorang diri.

Masalah itu yang kemudian diperkirakan melatarbelakangi keputusan ibu Nasiran meninggal rumah. Nasiran dan ibu, katanya, pergi ke kebun warisan Hasan yang lokasinya jauh dari pemukiman penduduk.

"Ada kemungkinan, sekitar tahun 2010, mereka ini pergi ke kebun yang ditinggalkan pak Hasan. Di sana ada sebuah tempat peristirahatan yang mungkin mereka gunakan untuk tinggal. Karena mereka merasa tak punya siapa-siapa lagi di desa, makanya milih tinggal di situ. Tapi apakah setelah itu mereka ada pulang ke kampung ? Saya nggak tahu persis seperti apa," katanya.

Saat ditemui suara.com, saudara dari ibu Salman mengakui dia sudah lama tidak pernah bertemu dengan keluarga Nasiran.

Itu sebabnya, dia tidak tahu persis bagaimana Nasiran dan ibu ditemukan dan kemudian dirawat di rumah sakit.

Ia mengaku sangat prihatin dengan kondisi Nasiran sekarang. Menurut dia, Nasiran dulunya tak sekurus sekarang.

"Saya cuma tahu mereka sudah di rumah sakit tiba-tiba. Kalau prosesnya bagaimana-bagaimana mereka bisa sampai dan ditemukan itu saya tidak tahu," katanya.

Persoalan Nasiran dan ibunya memang mengundang banyak tanya. Sebab, saat ditemukan tak ada satupun keluarga mereka yang dapat dihubungi. Ragam cerita pun muncul pascakeduanya sering diberitakan media.

Perwakilan Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya yang berada di Banda Aceh, Zaiti, mengatakan Nasiran dan ibu tidak ditemukan di hutan, seperti diberita media.

"Tidak benar jika dikatakan di hutan, mereka tinggal di Desa Ie Mirah," katanya.

Menurut Zaiti, ibu Nasiran bernama Aisiah. Sekitar 15 tahun lalu, Aisiah menjadi korban pemerkosaan.

Setelah itu, Asiah tinggal bersama orang tua hingga Nasiran lahir ke bumi. Namun, saat Nasiran berusia lima tahun, nenek Nasiran meninggal dunia. Sejak itu nasib mereka terombang ambing.

"Sejak saat itu mereka mulai kehilangan arah, nggak ada tempat mengadu," ujarnya.

Terlepas dari ragam cerita itu, Nasiran dan ibunya kini membutuhkan bantuan anggota keluarga.

Ruang Serune I Rumah Sakit Sakit Zainoel Abidin Banda Aceh kian banyak dikunjungi warga. Tapi, di antara sekian banyak yang melihat wajah Nasiran dan ibu, adakah anggota keluarga mereka dan mau berbagi untuk meringankan beban mereka? [Alfiansyah Ocxie]

REKOMENDASI

TERKINI