Dokter Jelaskan Kondisi Kesehatan Bocah Tarzan Asal Aceh

Siswanto Suara.Com
Senin, 11 Mei 2015 | 15:56 WIB
Dokter Jelaskan Kondisi Kesehatan Bocah Tarzan Asal Aceh
Nasiran (14), bocah berkelakuan ganjil asal Blang Pidie, Kabupaten Aceh Barat Daya, Provinsi Aceh [suara.com/Alfiansyah Ocxie]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Nasiran (14), bocah berkelakuan ganjil asal Blang Pidie, Kabupaten Aceh Barat Daya, Provinsi Aceh, menderita gizi buruk. Nasiran bersama ibunya pernah dua kali dirawat di Rumah Sakit Zainoel Abidin karena kondisi kesehatan mereka.

Dokter penanggung jawab pasien sekaligus spesialis anak, Mars Nasrah, mengatakan Nasiran pertama kali dirujuk ke Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin pada 28 Januari 2015 oleh petugas Rumah Sakit Umum Daerah Teuku Peukan, Aceh Barat Daya. Saat itu, pasien dirawat selama dua minggu.

Kondisi ketika itu, kata dia, tak jauh beda dengan keadaan sekarang, kurus dan berperilaku tidak sesuai dengan anak pada usianya. Sedangkan ibu dari Nasiran, lebih sehat dan tidak berkelakuan ganjil.

"Awalnya dia (Nasiran) dan ibunya dirawat oleh dokter lintas devisi. Dilakukan rehab medik, pengecekan mata, dan lainnya. Kita berikan asupan gizi agar dia bisa seperi anak-anak pada usianya," kata Mars Nasrah di Banda Aceh, Senin (11/5/2015).

Dikatakan, karena tidak ada satu pun anggota keluarga Nasiran yang bisa dihubungi, setelah dua minggu dirawat, petugas RSUZA berkoordinasi dengan perwakilan Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya. Dari hasil komunikasi, Nasiran dan ibunya diputuskan untuk dibawa ke Rumah Sejahtera Darussaa'adah di kawasan Lampeunereut, Aceh Besar. Penyerahan keduanya juga diketahui oleh Dinas Sosial Provinsi Aceh.

"Setelah di sana (Rumah Sejahtera Darussaa'dah), keduanya sempat berobat jalan ke poliklinik RSUZA selama tiga kali. Tapi setelah itu, gak pernah lagi," ujarnya.

Setelah berbulan-bulan tak diketahui lagi nasib keduanya, baru pada 1 Mei 2015, Nasiran dan ibunya kembali muncul ke RSUZA. Menurut Mars, keduanya tiba di RSUZA juga karena dirujuk dokter spesialis anak RSUD Teuku Peukan Aceh Barat Daya. Kondisinya keduanya masih dalam keadaan yang sama dan tidak ditemani satupun pihak keluarga.

"Kondisinya memprihatinkan dan sama saja dengan waktu pertama kali datang. Keduanya langsung ditangani oleh bagian Hematoongkologi dan dokter lintas devisi," katanya.

Kata dia, berat badan Nasiran saat tiba di RSUZA hanya 15,6 kilogram dan kulitnya pucat. Kondisi itu, sangat tidak lazim pada anak usia 14 tahun. Kemudian, pola tingkah laku Nasiran juga tidak sesuai dengan anak yang hidup normal. Saat dilakukan pengecekan darah, tutur Mars, kadarnya juga rendah.

"Baru oleh devisi hemato ongkologi diserahkan kepada kami bagian nutrisi. Kita lakukan proses-proses lanjutan, agar dia bisa kembali sehat dan nutrisinya terpenuhi. Ini karena kita melihat ada persoalan gizi buruk di pasien," tuturnya.

Selama dirawat di RSUZA, kata Mars, dokter memberikan Nasiran terapi psikologi. Hal itu guna mengubah pola perilakunya.

"Dia tak bisa bicara kita duga karena tidak pernah melakukan interaksi sosial. Begitupun perilakunya, sebab tak ada interaksi. Ibunya bisu, maka tak ada komunikasi selain melalui isyarat. Sebab itu, untuk hal ini kita hadirkan juga seorang psikolog," katanya. [Alfiansyah Ocxie]

REKOMENDASI

TERKINI