Cerita Pemelihara Kakatua Jambul Kuning Selama 18 Tahun

Siswanto Suara.Com
Senin, 11 Mei 2015 | 13:32 WIB
Cerita Pemelihara Kakatua Jambul Kuning Selama 18 Tahun
Ilustrasi burung kakatua jambul kuning (Cacatua sulphurea). [Shutterstock/CoolR]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Setelah muncul gerakan sosial penyelamatan burung kakatua jambul kuning dengan tagar #savejambulkuning, sebagian pemelihara burung kakatua jambul kuning tersentuh hatinya, lalu mengembalikan ke pemerintah agar direhabilitasi dan selanjutnya dilepasliarkan

Salah satu warga yang hari ini, Senin (11/5/2015), mengembalikan adalah Bambang  Sutedjo, warga Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Burung kakatua jambul kuning milik Bambang, pagi tadi sekitar jam 10.00 WIB diambil oleh petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam.

Ketika dihubungi suara.com, Bambang bercerita sebenarnya ia merasa kehilangan setelah melepaskan burung yang sudah selama 18 tahun menemani di rumah. Tapi karena ini untuk kebaikan masa depan burung, ia berusaha ikhlas.

"Dulu saya juga punya burung poksai, waktu itu, terbang rasanya kehilangan gitu sampai seminggu belum ilang. Tapi kalau ini (kakatua) sudah rela. Walau sedih, tapi saya ikhlas, silakan saja. Ini beda kasusnya (dengan poksai)," kata Bambang.

Bambang kemudian bercerita asal muasal si jambul kuning. Burung itu, dulu datang sendiri ke rumah. Ia tidak tahu siapa pemiliknya. Selanjutnya, ia menangkapnya dan memeliharanya.

Si jambul kuning dipelihara sebaik-baiknya. Selama ini, Bambang tidak pernah merantai kaki burung, ia melepaskannya di sangkar. Dan belakangan setelah burung tersebut jinak, burung bisa keluar masuk kandang.

"Kalau hujan, ia buka pintu kandang, keluar, lalu mandi, setelah itu balik lagi," kata Bambang.

Makanan burung selama ini selalu terjamin. Awalnya, dikasih jagung, tapi belakangan burung yang tak diberi nama khusus itu lebih suka makan jewawut dan roti tawar. 

Burung itu, katanya, sangat suak dielus-elus. Kalau terbang keluar kandang, ia mencok (hingga) ke dekat Bambang dan minta dielus.

Setelah muncul kampanye #savejambulkuningBambang merasa tersentuh. Ia percaya, setelah burung peliharannya diserahkan ke pemerintah, nasibnya akan baik.

Ia berharap, kelak burung tersebut bisa berkembang biak.

"Saya merasa, bertanggungjawab juga kalau sampai punah, kasihan anak cucu kita, kalau punah kan gak bisa lihat lagi. Kalau dipelihara seperti ini kan tidak bisa berkembang biak. Kan setelah nanti burung itu direhabilitasi pemerintah, katanya mau dilepasliarkan," katanya. 

Bambang baru menyerahkan burung ke pemerintah sekarang ini karena sebelumnya tidak tahu mekanismenya.

Bambang berharap masyarakat lain juga ikut terbuka hatinya untuk melepasliarkan burung.

Menurut Bambang saat ini, banyak burung yang sudah sulit ditemukan karena jumlahnya berkurang terus. Misalnya burung jalak duren dan kepodang, bahkan prenjak.

REKOMENDASI

TERKINI