Warga Jerman Kena Demam Akik

Siswanto Suara.Com
Jum'at, 08 Mei 2015 | 17:38 WIB
Warga Jerman Kena Demam Akik
Pedagang batu akik di Jatinegara, Jakarta Timur. (suara.com/Kurniawan Mas'ud)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Guru SMAN 17 Palembang, Marwiyah Maya, mengatakan sekolahnya menjadi pusat pelaksanaan program pertukaran pelajar untuk wilayah Sumatera Bagian Selatan (Lampung, Sumsel, Bangka Belitung, Jambi, dan Bengkulu).

"Pelajar yang berminat harus mengikuti tes, begitu juga dengan orangtua angkat yang berminat rumah kediamannya ditempati pelajar dari luar negeri. Setiap tahun, ada puluhan siswa dari provinsi se-Sumbagsel yang datang ke Palembang untuk tes tertulis, tes wawancara, dan tes bakat dan minat dan lolos untuk studi di negara-negara Eropa," kata dia.

Ia mengamati terdapat dampak positif atas keberadaan siswa asing di sekolahnya. Selain memperlancar berbahasa Inggris, juga membuat para siswa memahami perbedaan budaya antara Indonesia dengan negara-negara lain.

"Seperti Ruben, ia berasal dari Jerman dan sangat disiplin sekali. Anak-anak jadi terpengaruh positif atas perilakunya itu, selain itu kini mereka lebih percaya diri ketika berkomunikasi dengan bahasa Inggris meski Ruben sendiri tidak begitu lancar karena biasa berbahasa Jerman," kata dia.

Ia mengatakan, SMAN 17 merasa beruntung atas kehadiran program pertukaran pelajar ini apalagi pelajar yang dikirim memiliki tingkah laku yang sopan.

"Anaknya pintar dan tidak sombong, dan sangat cepat beradaptasi. Ini menjadi motivasi sendiri bagi siswa," kata dia.

Sementara, Ruben mengaku sangat terkesan dengan budaya masyarakat Kota Palembang yang berbicara sangat lugas dalam menyampaikan pendapat.

"Mungkin di Jerman jika bicara seperti orang Palembang ini maka akan dianggap kasar, tapi sejatinya tidak begitu. Selain itu, ada budaya yang saya suka, seperti memanggil tidak dengan langsung menyebut nama untuk orang yang lebih tua, serta mencium tangan," kata putra dokter bedah asal Jerman ini.

Meski harus merelakan hilang satu tahun masa pendidikan karena ketika kembali ke Jerman harus kembali mengulang kelas XI, tapi Ruben mengaku sangat menyukai program.

"Jika bukan karena kangen dengan orangtua di Jerman, karena tidak pernah pulang, sejujurnya saya ingin tinggal lebih lama di Indonesia karena alamnya bagus sekali dan makanannya sangat enak," kata dia. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI