Suara.com - Pemakaman terpidana mati kasus penyelundupan heroin 8,2 kilogram Andrew Chan, di Gereja Hillsong, Sydney, Australia, Jumat (8/5/2015), berlangsung haru. Di situ, sebuah surat yang ditulis Andrew sebelum menjalani eksekusi mati di Nusakambangan, 29 April lalu, dibacakan.
Lewat surat itu, Andrew mengatakan dirinya "pemenang di hadapan Tuhan". Bahkan, gembong sindikat penyelundupan narkoba yang dikenal dengan nama Bali Nine itu berseloroh "amat menikmati suasana di surga".
"Kita sadar bahwa kita tidak perlu menjadi tua terlebih dahulu untuk mati, kita juga tahu kita tak perlu berdosa terlebih dahulu untuk mati, namun kita menyadari bahwa ketika sudah saatnya untuk pergi, maka itu ibarat lubang pembuangan cucian dapur di dalam rumah," tulis Andrew dalam surat yang dibacakan oleh sahabat dekatnya, Mark Soper.
"Saat-saat terakhir saya di sini di Bumi, saya menyanyikan halleluya, saya telah mengakhiri pertandingan yang baik, dan keluar sebagai pemenang di mata Tuhan," lanjut Andrew.
"Saya pergi dalam damai dan cinta, saya berharap kalian semua tahu betapa saya menghargai kalian," kata Andrew.
Lewt surat itu, Andrew juga menyebut soal saudara lelakinya, Michael Chan, juga istrinya Febyanti Herewila, perempuan yang ia nikahi sehari sebelum menjemput ajal.
"Orang lain yang perlu saya berikan ucapan terima kasih adalah istri saya, Feby, ia mengajari saya cinta, damai, bertahan melawan cobaan, dan masih banyak lagi," tulisnya.
Di hadapan mereka yang hadir di pemakaman Andrew, Feby mengenang masa-masa indah bersama mendiang suaminya. Feby menceritakan kebiasaan Andrew yang selalu mengiriminya surat dari dalam penjara, setiap hari tanpa pernah absen.
"Aku amat mencintaimu, jangan khawatir padaku, aku akan baik-baik saja. Aku masih percaya pada keajaiban," kata Feby, membacakan surat yang ia tulis buat Andrew.
Feby mengatakan, permintaan terakhir Andrew adalah agar orang-orang yang menghadiri pemakamannya, untuk bersaksi tentang Tuhan yang telah mengubah hidupnya. (News.com.au)