Suara.com - Ketua Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia Said Iqbal mengatakan Sebastian Manuputi (32) selama ini sangat kecewa dengan perusahaan yang tidak memperhatikan jaminan kesehatan dan keselamatan kerja kepada buruh. Selama ini, Sebastian gigih memperjuangkan hal itu, tapi belum berhasil.
“Iya memang. Dia sangat kecewa dan frustasi terhadap kasus –kasus yang terjadi di perusahaannya. Terutama yang berkaitan K3. Misalnya ada yang terpotong tangannya, dari Disnaker sempat tidak proaktif itu ada juga. Jadi betul cerita dari kawannya Facebook yang kita dapatkan,” kata Said saat ditemui di Hotel Grand Cempaka, Jakarta Pusat, Rabu (6/5/2015).
Sebastian adalah buruh PT Tirta Alam Segar di kawasan industri MM2100, Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Wakil Sekretaris Bidang I Pendidikan Organisasi PUK PT Tirta Alam Segar itu bunuh diri dengan cara membakar diri dan menjatuhkan diri dari atap stadion Gelora Bung Karno tepat di hari peringatan May Day 1 April 2015.
Namun, Said belum tahu pasti apakah keputusasaan terhadap perlakuan perusahaan dan belum berhasilnya perjuangan, yang membuat Sebastian nekad bunuh diri.
“Kita belum bisa menjelaskan secara detail. Karena kronoligisnya sampai saat ini masih disusun (polisi dan KSPI). Tetapi tentang adanya pertanyaan tersebut, iya benar dia mempersoalkan itu. Jadi ditunggu saja, saya tidak mau berspekulasi apakah ada kaitannya atau tidak saat ini sedang disusun kronologinya sama KSPI,” katanya.
Kepergian aktivis yang getol memperjuangkan hak buruh secara tragis tersebut menyisakan sepenggal tanda tanya mengenai motif bakar diri yang dilakukannya. Rekan-rekan Sebastian yakin aksi tersebut bertujuan untuk menjadi martir bagi perjuangan buruh.
Federasi Serikat Buruh Metal Indonesia cabang Bekasi bertekad untuk melanjutkan perjuangan almarhum dalam meningkatkan kesadaran perusahaan tentang pentingnya memberikan jaminan kesehatan dan keselamatan kerja para pekerja.
Bagi rekan-rekan di FSPMI, Sebastian merupakan martir bagi perjuangan buruh.
"Kami gak mau dia mati sia-sia ini momentum bagi temen-temen untuk terus berjuang. Memperjuangkan kesadaran tentang pentingnya K3," kata Koordinator Bidang Organisasi FSPMI Obon Tabroni kepada suara.com, Senin (4/5/2015).
Rencananya, Kamis (7/5/2015) nanti, buruh yang tergabung di FSPMI akan unuk rasa ke kantor Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Bekasi.
"Salah satu tuntutannya, kepala dinas dan pengawas dicopot karena tidak jalanin tugasnya dengan baik, tidak bisa menyelesaikan masalah K3," kata Obon.
Obon mengatakan selama ini Sebastian gigih memperjuangkan isu tersebut. Beberapa kali, Sebastian terlibat dalam aksi unjuk rasa untuk meminta pemerintah peduli pada nasib teman-temannya yang mengalami kecelakaan kerja.
"Teman Sebastian kecelakaan kerja, sampai tangannya buntung, dia memperjuangkan tentang K3, tapi tidak ditindaklanjuti. Pengawas Disnaker harusnya turun setelah mendapat laporan, tapi itu tidak dilakukan, tidak dijalankan," kata Obon. "Itu yang bikin dia frustrasi."
Sebastian dan istrinya, Samah, selama ini ngontrak di Kampung Cikedokan Barat, Rt 1/2. Desa Sukadanau, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi. Orang tuanya tinggal Jalan Pulo Sirih Utara Dalam 3, Blok DC, Nomor 93, RT 4/14, Kelurahan Pekayon Jaya, Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi. Kata Obon, Samah juga bekerja di Tirta Alam Segar.