Hasan bekerja di Qatar karena ingin mendapatkan uang banyak. Namun dia ditipu agen tenaga kerjanya.
"Agen kami menipu kita. Dia mengatakan kita akan dibayar dalam dolar AS. Tapi kami datang ke sini dan kami menerima pembayaran dalam riyal," ceritanya.
Hassan memiliki seorang istri dan dua anak laki-laki di Ghana. Di Qatar, dia hanya menerima gaji USD 250 perbulan.
Langkah positif
Penerliti Hak Asasi Manusia, Nicholas McGeehan mengatakan langkah Qatar membangun perkampungan buruh layak adalah langkah maju.
"Kami tidak ingin ada tempat berkondisi rendah di zona industri," kata dia.
Namun menurutnya pembangunan perumahan dan perkampungan buruh belum cuukup membuat buruh Qatar sejahtera. Sebab upah mereka dikendalikan pengusaha.
"Masalahnya adalah mekanisme kontrol yang menempatkan kekuasaan di tangan pengusaha," jelas McGeehan.