Suara.com - Kematian pengurus Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia tingkat Pimpinan Unit Kerja PT Tirta Alam Segar di kawasan industri MM2100, Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Sebastian Manuputi (32), saat peringatan Hari Buruh Sedunia di stadion Gelora Bung Karno menjadi perhatian Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.
Untuk memastikan motif Sebastian bakar diri dan menjatuhkan diri dari atap stadion GBK, menurut Ahok, hal itu mesti konfirmasi ke pakar psikologi.
"Saya gak tahu (apa motif buruh bakar diri) mesti diteliti lagi, biar lebih jelas, saya bukan psikolog," ujar Ahok di Balai Kota Jakarta, Senin (4/5/2015).
Ketika dimintai pendapat mengenai kemungkinan aksi Sebastian untuk menjadi martir bagi perjuangan buruh yang belum sejahtera, Ahok belum tahu pasti.
"Mesti tanya sama psikolog atau pusat," kata Ahok.
Kasus yang menimpa Sebastian menjadi pelajaran penting bagi pemerintah untuk lebih memperhatikan kebutuhan dasar warga, seperti kesehatan, pendidikan, serta transportasi publik.
"Kenapa kita dorong kesehatan, ini di setiap puskesmas termasuk KJP (Kartu Jakarta Pintar). Anak buruh juga boleh dapat KJP selama dia gak mampu, itu dalam rangka menolong mereka punya biaya hidup," ujar Ahok.
Mantan Bupati Belitung Timur mengungkapkan dilema di dunia industri.
"Karena gak mungkin juga perusahaan (naikkan gaji). Karena buruh tuntut naik gaji, (tapi) kemampuan produksinya sama, ini akan membuat perusahaan bangkrut, kamu terus tuntut naik gaji kebutuhan hidup tinggi, produksi kamu tidak meningkat produktifitasnya, itu yang membuat orang bangkrut," kata Ahok.
Untuk menyikapi hal itu, kata Ahok, pemerintah Jakarta akan menyediakan beberapa kebutuhan warga, terutama buruh, agar tidak terus menerus mengandalkan kenaikan gaji.
"Makanya caranya gimana? bukan menuntut kenaikan gaji terus, tapi bagaimana pemerintah menyediakan kebutuhan anda yang turun. Itu strategi seperti itu, dan kesehatan, transportasi, pendidikan sampai ke biaya pokok," kata Ahok. "Makanya pemerintah harus menyediakan ini, jadi teori ini harus kita mainkan di Jakarta, makanya kita mau transportasi yang murah ke situ."
Sebelumnya, menurut keterangan Pjs Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Budi Widjanarko mengatakan kematian Sebastian murni karena bunuh diri.
"Korban melakukan bunuh diri dengan cara membakar diri kemudian melompat yang sebelumnya korban sudah menyiram tubuh korban dengan bensin," kata Budi melalui pesan singkat kepada suara.com, Minggu (3/5/2015). Menurut Budi hal tersebut dikuatkan setelah polisi menemukan sejumlah bukti.
Sementara Koordinator Bidang Organisasi FSPMI Obon Tabroni yakin motif aktivis buruh dari perusahaan yang memproduksi minuman kemasan merk Ale-Ale itu bukan faktor keluarga.
"Kalau dari faktor keluarga, rasanya tidak ada sesuatu yang masalah. Soalnya pagi itu, masih biasa-biasa saja," kata Obon kepada suara.com.
Sebastian dan istrinya, Samah, selama ini ngontrak di Kampung Cikedokan Barat, Rt 1/2. Desa Sukadanau, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi. Orang tuanya tinggal Jalan Pulo Sirih Utara Dalam 3, Blok DC, Nomor 93, RT 4/14, Kelurahan Pekayon Jaya, Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi. Kata Obon, Samah juga bekerja di Tirta Alam Segar.
"Almarhum belum punya anak, baru nikah sekitar setahun yang lalu," kata Obon.
Obon menduga motif aksi Sebastian ialah ingin menjadi seorang martir perjuangan buruh.
"Kalau saya lihat, dia terlibat banyak memperjuangkan teman-temannya yang mengalami kecelakaan kerja, seperti ada temannya yang tangannya buntung, status kerja temannya enggak jelas, kontrak terus, kemudian temannya dirawat, tapi Jamsosteknya dipotong setelah dirawat. Dia intens perjuangkan itu," kata Obon.
Sebastian juga sangat gigih memperjuangkan hak buruh untuk mendapatkan kesejahteraan.