Suara.com - Hampir sepekan lalu, tepatnya pada hari Sabtu (27/4), dunia digemparkan dengan kabar bencana gempa bumi berkekuatan 7,9 skala Richter yang mengguncang Nepal.
Nepal, sebuah negara di Asia Selatan yang dikelilingi oleh daratan (landlocked country) terbilang negara yang rawan terhadap gempa bumi karena letak geografisnya yang berada di lingkaran pegunungan aktif antara lempeng tektonik India dan Tibet.
Gempa terdahsyat kedua yang menimpa Nepal sejak 1934 ini menghantam ibu kota Kathmandu, kota Pokhara, kawasan Gunung Everest, serta negara tetangga di perbatasan, seperti India, Bangladesh, dan Tibet.
Dikutip dari Reuters, jumlah korban tewas akibat gempa hingga Jumat bertambah menjadi 6.100 orang, sedangkan korban luka mencapai lebih dari 13.000 orang.
Sementara itu, korban selamat belum kembali ke rumah asal karena masih terjadi gempa susulan dan merebaknya bau mayat membusuk di kawasan pusat gempa.
Menteri Informasi Nepal Minendra Rijal mengatakan bahwa pemerintah akan memberikan bantuan segera senilai 1.000 dolar AS bagi keluarga korban tewas dan 400 dolar AS untuk kremasi atau penguburan mayat.
Berdasarkan data Direktorat Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia (PWNI/BHI), saat ini tercatat 95 WNI berada di Nepal, terdiri atas 30 orang yang menetap dan 65 pengunjung.
Dari 65 WNI wisatawan tersebut, 42 orang telah dapat dan/atau sempat dihubungi dalam keadaan baik, 10 orang belum dapat dihubungi dan 13 orang sudah berada di luar Nepal.
Sementara itu, dari 30 WNI yang menetap di Nepal, 23 orang telah dapat dihubungi berada dalam keadaan baik dan tujuh orang belum dapat dihubungi.
Penyelamatan dan Evakuasi Tim Penyelamatan dan Evakuasi RI pada hari Jumat waktu setempat mulai melakukan pencarian intensif WNI di Nepal dengan mengerahkan tiga tim yang beranggotakan unsur Direktorat Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia (PWNI/BHI), TNI AU, dan sukarelawan Taruna Hiking Club (THC).
Komandan tim evakuasi WNI TNI AU Kolonel Indan Gilang di Posko Penyelamatan dan Evakuasi WNI di Kathmandu menyebutkan tiga tim tersebut terdiri atas penyisiran udara menggunakan helikopter, tim darat menuju pegunungan Himalaya, dan tim penyisiran rumah sakit di Kathmandu.
"Pencarian dari udara dengan helikopter akan diarahkan ke titik mereka diduga hilang dengan didukung tim darat," kata Indan.
Kolonel Indan menjelaskan pencarian melalui udara tersebut difokuskan untuk menyisir jejak tiga WNI atas nama Alma Parahita, Kadek Andana, dan Jeroen Hehuwat. Namun, dalam prosesnya, tim juga akan mencari enam WNI lain yang hingga saat ini belum dapat dihubungi.
Berdasarkan informasi dari Himalayan Experience, penyelenggara tur yang diikuti ketiga WNI, pada tanggal 22 April, Alma, Kadek, dan Jeroen diketahui menginap di Hotel Lama dan berdasarkan rencana perjalanan, saat terjadi gempa pada tanggal 25 April, ketiganya diperkirakan sudah berada di Kianjinggompa.
Kolonel Indan bersama tim telah menentukan titik di sekitar lokasi diduga hilang agar pencarian lebih efektif, yakni ke Kyanjin Gompa, Langtang, dan Dhunce.
"Informasi yang kita peroleh, korban yang ditemukan dibawa ke Kathmandu dan Dhunce," kata Indan.
Kolonel Indan juga mengupayakan untuk meminjam aset negara untuk misi penyelamatan dan evakuasi WNI. Namun, ternyata tidak dimungkinkan.
"Kita sudah menyiapkan dua opsi, pertama meminjam aset negara lain dan kedua menyewa helikopter," kata dia.
Dengan demikian, tim evakuasi akan menyewa helikopter untuk menyisir Pegunungan Himalaya dan menjemput para WNI yang telah berada di penampungan Lukhla.
"Kita upayakan untuk bisa menyewa helikopter yang cukup besar sehingga bisa menjemput para WNI," kata Indan.
Sementara itu, pencarian terus diupayakan, tim evakuasi WNI Kementerian Luar Negeri di Nepal, Kamis waktu setempat, telah membuka posko di Kathmandu Guest House (KGH) Distrik Thamel, Kathmandu sebagai pusat informasi dan koordinasi.
Wakil Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia (Peninsula/BHI) Krishna Djaelani di Kathmandu, Nepal, Kamis, mengatakan bahwa semua WNI di Nepal yang dapat menjangkau Posko Pencarian dan Evakuasi dapat langsung menuju ke KGH.
Koordinat GPS Posko Pencarian dan Evakuasi WNI di KGH adalah N: 27 42' 54.6'' dan E: 085 18' 33.7".
Pelibatan Pendaki Indonesia Jumat pagi di Kathmandu, Indonesia seakan bisa sedikit lega dengan kedatangan Cecilia Enny Yashita Aprijanti, WNI pendaki dari klub Kartini Petualang yang tiba di Posko Penyelamatan dan Evakuasi WNI di Kathmandu Guest House (KGH), Distrik Thamel.
Perempuan pendaki yang akrab dipanggil Vita tersebut mendaki Gunung Everest dengan empat dokter pendaki, yakni dr. Achmad Novel Basalamah, dr. Prabudi, dr. Eko Prasetyo, dan dr. Meinard Mastoer.
Ketika gempa 7,9 SR yang berpusat di antara Pokhara dan Kathamandu terjadi, posisi kelima pendaki berada di Lhukla dengan ketinggian sekitar 4.200 mdpl.
Keempat dokter WNI yang tiba dengan penyambutan dari Duta Besar RI untuk Bangladesh dan Nepal Iwan Wiranata-atmadja tersebut memutuskan untuk tetap tinggal di Nepal selama diperlukan.
"Kami akan tetap tinggal selama diperlukan," kata dr. Meinard Mastoer yang mewakili ketiga rekannya.
Keempat dokter tersebut telah membantu korban bencana gempa setelah turun dari Lobuche di ketinggian sekitar 4.900 mdpl dan di Lukhla di ketinggian 4.200 mdpl.
Para dokter pendaki merupakan alumni klub Mapadok Universitas Sultan Agung, Semarang, Jawa Tengah.
Setelah tiba di Kathmandu, dr. Novel (dokter umum), dr. Prabudi (spesialis bedah umum), dr. Eko (dokter umum), dan dokter Meinard (dokter umum) akan bergabung dengan tim dokter Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang dikoordinasikan oleh dr. Kuntadi (spesialis bedah ortopedi).
Hingga Jumat pukul 09.55 waktu setempat, delapan WNI pendaki Gunung Everest telah tiba di Posko Penyelamatan dan Evakuasi WNI di KGH.
Selain keempat dokter tersebut, berikut nama-nama WNI yang telah tiba di Posko KGH: Cecilia Enny Yashita Aprijanti (perempuan pendaki yang ikut rombongan Klub Mapadok), Nicko Ronny Gardano, Handri Pamdhani, dan Virgo Dirgantara.
Keselematan para pendaki tersebut tentunya membawa angin segar bagi pemerintah Indonesia dan keluarga yang mengkhawatirkan orang terdekatnya dari daftar 95 orang WNI di Nepal.
Upaya pencarian dan penyelamatan terus dilakukan meski sejumlah hambatan, seperti sulitnya menjangkau kawasan yang terkena kerusakan gempa, buruknya cuaca serta ketakutan gempa susulan kerap membayangi tim evakuasi Indonesia.
Tim evakuasi yang dijadwalkan kembali pada tanggal 5 Mei mendatang, memiliki beban besar untuk pulang membawa 95 WNI di Nepal, terutama terhadap 17 orang yang hingga kini belum dapat dihubungi. (Antara)
Tiga Tim Pencari RI Masih Cari 17 WNI yang Hilang di Nepal
Ruben Setiawan Suara.Com
Sabtu, 02 Mei 2015 | 07:04 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
REKOMENDASI
TERKINI