Suara.com - Banyak cerita di balik gempa dahsyat Nepal, Sabtu (25/4/2015) pekan lalu. Cerita makin menyedihkan saat pemerintah berterus terang tidak bisa membantu para korban gempa secara maksimal.
Sehingga warganya harus swadaya bertahan dan menyelamatkan diri. Bahkan mereka bertahan hidup, mencari makan, dan mengirimkan pasokan makanan sendiri.
Cerita itu ada di kawasan Bungkot. Bungkot adalah salah satu kawasan terpencil di Nepal. Di sana terkena dampak gempa.
Seorang lelaki asal desa itu, Narayan Thapa bercerita harus bersusah payah menolong memasok makanan untuk 300 warga di desanya itu. Thapa tengah bekerja di sebuah pabrik ban di kawasan Kota Gorkha. Jaraknya 45 km dari desanya.
"Semuanya hancur. Bahkan salah satu rumah berdiri. Kami pikir masih ada satu orang tewas di bawah reruntuhan," kata Thapa.
Thapa sadar tidak ada bantuan dari pemerintah untuk membantu warganya yang menjadi korban gempa. Makanya dia bersama teman-temannya bergerak sendiri membawa mobil mencari obat-obatan di luar desa. Bahkan mereka juga mencari makanan.
"Orang-orang lapar di sana, mereka menderita. Saya melakukan apa pun yang saya bisa untuk membantu," katanya.
"Teman-teman saya yang membantu. Setiap orang melakukan apa yang mereka bisa. Kami berhasil mengirim sedikit ke keluarga saya. Mereka mengandalkan saya soal makanan. Mereka berada dalam kesulitan di sana," kata Thapa.
Cerita lain, justru di pusat Kota Kathmandu. Di sana paling parah digoyang gempa. Namun sama saja, warga di sana tidak mendapatkan bantuan secara maksimal.
Salah satu pengungsi, Shanti Kumari cerita dia memerlukan bus untuk pulang ke kampung halamannya di Nepal Timur. Namun tidak ada bus. Pemerintah juga tidak bisa menyiapkan. Shanti pun hanya bisa menunggu. Di sisi lain pasokan air dan makanan kian menipis.