Orangtua Remaja Penembak Waria Siap Terima Konsekuensi

Jum'at, 01 Mei 2015 | 03:56 WIB
Orangtua Remaja Penembak Waria Siap Terima Konsekuensi
Ilustrasi penembakan. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Shinta Masita Molina, orang tua pelaku penembakan seorang waria bernama Zulfikar alias Aurel (21), mengaku siap dengan semua konsekuensi hukum atas apa yang dilakukan anaknya berinisial IA (16) bersama kelima rekannya.

"Saya tidak menampik kalau dia (IA) anakku. Memang saya yang melahirkannya. Apa pun konsekuensi hukum yang akan diambil oleh pihak terkait, saya akan terima," ujar Shinta di Makassar, Kamis (30/4/2015).

Shinta menyebutkan bahwa penembakan yang dilakukan anaknya itu tampaknya hanyalah suatu keisengan belaka seorang remaja bersama teman-temannya. Namun begitu, dirinya sangat menyayangkan tindakan yang tidak pernah dipikirkan anaknya itu.

"Saya dan bapaknya, sudah keras dalam melakukan penjagaan dan pengawasan. Tetapi pergaulannya bersama teman-teman sekolahnya itu tidak bisa saya hindari. Ini kenakalan remaja," tuturnya.

Menurut legislator Partai Hanura Makassar itu, dirinya tidak mengetahui jika anaknya akan bertindak jauh, dengan bermain senjata api dan melukai orang lain. Meskipun meyakini jika bukan anaknya yang melakukan penembakan, Shinta menyebut bahwa anaknya mengakui senjata api jenis senapan itu adalah kepunyaannya.

Lebih jauh, Shinta pun mengaku sudah siap menerima konsekuensi hukum dari perbuatan anaknya itu, sebagai bentuk pertanggungjawabannya terhadap hukum atas apa yang telah dilakukan sang anak.

"Saya sudah siap dengan konsekuensinya. Saya sangat menyesali tindakan anak saya. Tetapi apa boleh buat, semua sudah terjadi. Setiap tindakan ada konsekuensinya, dan ketika bermasalah hukum pasti ada hukumannya," sebutnya.

Sementara itu, Kepala Sekolah SMAN 2 Makassar, Masyitah mengatakan, pelajar yang terlibat penembakan waria di Jalan Chairil Anwar, itu terancam dikeluarkan dari sekolah.

"Jika sampai 15 hari mereka tidak masuk sekolah, pasti akan kami panggil orang tuanya. Banyak pertimbangan yang diambil sebelum membuat keputusan," tuturnya.

Menurut Masyitah, jika pelaku tidak masuk sekolah, otomatis mereka tidak bisa mengikuti pelajaran dan ujian sekolah. Dengan demikian, guru pun tidak bisa memberikan penilaian kepada siswa tersebut.

Masyitah mengaku, tindakan siswanya itu meski di luar jam sekolah, telah merusak citra SMAN 2 Makassar sebagai sekolah unggulan dan sekolah paling tertib. Namun dia menegaskan jika kejadian tersebut bukan tanggung jawab mereka, lantaran penembakan itu terjadi di luar jam sekolah.

Sementara itu, selain siswa SMAN 2 Makassar, terdapat satu siswa SMAN 17 Makassar yang juga disebutkan ikut dalam penembakan. Tetapi pihak SMAN 17 Makassar sendiri mengaku belum mendapat informasi dari kepolisian.

Diketahui, penembakan terhadap seorang waria terjadi di depan kantor 911 Jalan Chairil Anwar, Kecamatan Ujung Pandang Makassar, Minggu (26/4) dini hari lalu, sekitar pukul 04.20 WITA. Korban Zulfikar alias Aurel tertembak di bagian perut dari jarak dekat, hingga langsung dilarikan ke RS Pelamonia. Karena lukanya cukup berat, korban lantas dirujuk ke RS Regional Wahidin Sudirohusodo untuk dilakukan tindakan operasi.

Para pelaku yang ditangkap kurang dari 24 jam saat itu diketahui merupakan siswa SMA 2 Makassar, dengan satu pelaku berasal dari siswa SMA 17 Makassar. Selain IA yang warga Jl Bajigau, pelaku dari SMA 2 Makassar lainnya yakni MA (15), warga Jl Andi Tonro 4; MK (15), warga Jl Skarda; MR (15) warga Kompleks Balla Panakukang; serta AT (15), warga Perum Citra Garden. Sementara siswa yang berasal dari SMA 17 adalah MW (16), warga BTN CV Dewi. [Antara]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI