Suara.com - Seorang penasihat spiritual terpidana mati, Pastor Karina de Vega, mengungkap saat-saat terakhir jelang eksekusi terhadap delapan terpidana mati kasus narkoba di Lapangan Limus Buntu, Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, Rabu (29/4/2015).
Setelah menolak mengenakan penutup mata saat eksekusi berlangsung, sejumlah terpidana mati menyanyikan dengan suara lantang dua lagu rohani. Lagu berjudul Amazing Grace dan Bless the Lord O My Soul memecah keheningan malam.
"Mereka memuji Tuhan mereka," kata Pastor Karina seperti dikutip Sydney Morning Herald.
"Menakjubkan. Ini pertama kalinya saya menyaksikan orang yang begitu bersemangatnya untuk menemui Tuhan mereka," lanjut sang pastor.
Pastor Karina mengatakan, itu adalah pengalaman paling indah yang pernah ia alami.
"Mereka menjadi satu. Persaudaraan. Mereka menyanyikan satu lagu, disusul satu lagu lainnya. Memuji Tuhan. Mereka menyanyikan beberapa lagu bersama-sama, seperti sebuah koor," kata Pastor Karina.
"Terpidana mati yang non-Kristen, saya yakin, juga menyanyikan lagu dari dalam hatinya. Ini benar-benar pengalaman mengagumkan," tutup Pastor Karina.
Nyanyian mereka terhenti setelah beberapa suara letusan senjata terdengar. Setelah itu, yang tersisa hanyalah kesunyian.
Sebelumnya, lima belas menit jelang Rabu (29/4/2015) tengah malam, keluarga para terpidana mati di sekitar lokasi eksekusi. Mereka menyalakan lilin dan menyaksikan iring-iringan mobil yang membawa para terpidana masuk lokasi eksekusi.
Salah satu orang di kelompok tersebut memimpin para kerabat memanjatkan doa. Sesaat kemudian, terdengar letusan senjata dan mereka langsung hanyut dalam tangis. (SMH)