Marak Pencurian Benda Bersejarah Pascagempa Nepal

Kamis, 30 April 2015 | 12:55 WIB
Marak Pencurian Benda Bersejarah Pascagempa Nepal
Kawasan Bashantapur Durbar Square. (reuters)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kathmandu Durbar Square hancur akibat gempa Nepal 7,9 SR. Bangunan itu adalah bagian dari kompleks kerajaan di Basantapur, Nepal. Bahkan bangunan itu adalah situs yang dilindungi UNESCO.

Puing-puing bangunan itu semua bersejarah. Sehingga tidak ada yang boleh diambil. Salah satu yang penting adalah sebuah balok kayu di bangunan itu yang tertimbun di dasar bangunan.

Balok kayu itu bernilai ribuan dolar jika di jual ke negara barat. Anggota tim penyelamat mencari balok yang terukit gambar dewa. ukiran itu masih terlihat jelas meski dibuat pada abad ke-17.

kepala kantor UNESCO di Katmandu, Christian Manhart menjelaskan reruntuhan bangunan seperti kuil dan kompleks istana tua di Nepal masih berstatus benda bersejarah. Sebab usianya sudah berabad-abad. Namun dia mengatakan tidak mungkin membangun kembali situs bersejarah itu. Termasuk Dharahara Tower yang hancur akibat gempa itu.

Senin (27/4/2015) kemarin saja ada upaya pencurian sebuah loncng perunggu tua di tengah kompleks istana kuno. Untungnya itu bisa digagalkan seorang pejabat Departemen Arkeologi Nepal.

Akhirnya pihak kepolisian setempat mengumumkan larangan mengambil benda apapun di area situs sejarah. Jika menjarah, maka akan dihukum.

"Tidak ada yang benar-benar dapat dilakukan. Baik oleh pemerintah, begitu juga UNESCO. Ada ribuan situs, dan kita tidak dapat menempatkan seorang polisi atau militer di masing-masing situs selama 24 jam sehari. Tapi mereka dibutuhkan untuk keperluan lain. Jadi tidak mungkin," jelas Manhart.

Namun, Direktur umum Departemen Arkeologi Nepal, Bhesh Narayan Dahal sudah meminta polisi menjaga kawasan bangunan sejarah yang runtuh di Nepal.

"Saya terlalu khawatir. Bagaimana saya dapat memberitahu Anda? Saya sangat khawatir. Bagaimana kita akan menyelamatkan warisan kita?" kata Dahal. (NYtimes)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI