Detik-detik Eksekusi Mati, Para Terpidana Nyanyikan Lagu

Ruben Setiawan Suara.Com
Kamis, 30 April 2015 | 11:16 WIB
Detik-detik Eksekusi Mati, Para Terpidana Nyanyikan Lagu
Ilustrasi: Diborgol. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pastor Charlie Burrows, penasihat sipiritual yang mendampingi terpidana mati asal Brasil, Rodrigo Gularte, menceritakan detik-detik eksekusi yang dilaksanakan di Lapangan Limus Buntu, Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, pada Rabu (29/4/2015) dini hari. Cerita itu ia sampaikan dalam sebuah wawancara dengan radio ABC Australia.

Dalam eksekusi tersebut, Charlie bukan satu-satunya penasihat spiritual para terpidana mati. Di bawah naungan sebuah tenda yang dibangun di dekat lapangan Limus Buntu, sudah berkumpul sejumlah penasihat spiritual lainnya, juga para kerabat terpidana mati lainnya.

Setelah itu, Charlie jadi saksi serentetan peristiwa yang tidak mungkin ia lupakan sepanjang hidupnya. Berikut ini adalah kejadian-kejadian yang dialami Pastor Charlie di "lapangan kematian" tersebut.

Selanjutnya: Tangan para terpidana mati diborgol di depan.

Pastor Charlie mengatakan, kedelapan terpidana mati diborgol tangannya di bagian depan tubuh. Dengan cara demikian, mereka bisa bersalaman dengan para sipir penjara yang berkumpul di luar penjara untuk mengantar kepergian mereka.

Selanjutnya: Semua menolak memakai penutup mata

Kedelapan terpidana mati menolak mengenakan penutup mata, demikian diungkap Pastor Charlie. Tanpa penutup mata, mereka bisa melihat para anggota regu tembak yang mengarahkan moncong senjata ke arah mereka.

Namun, menurut Pastor Charlie, malam teramat gelap. Jadi, para terpidana mati tidak bisa melihat jelas wajah para penembak.

"Mereka mungkin hanya bisa samar-samar melihat para penembak, malam itu gelap sekali," kata Charlie.

Selanjutnya: Eksekusi hanya diterangi dengan cahaya senter

Pastor Charlie mengatakan, eksekusi dilakukan hanya dengan penerangan senter saja. Cahaya senter diarahkan ke tubuh para terpidana mati sebagai panduan agar regu tembak bisa membidik tepat sasaran.

"Mereka hanya menerangi para terpidana mati dengan senter, dan ketika kami hendak menghampiri mereka (setelah eksekusi dilakukan) kami tersandung bebatuan karena keadaan yang gelap gulita," terang Pastor Charlie.

Selanjutnya: Sebelum senapan regu tembak menyalak, mereka bernyanyi

Charlie mengatakan, semua orang yang ada di bawah tenda mendengar para terpidana mati menyanyi. Hanya berselang beberapa detik, nyanyian mereka terhenti menyusul terdengarnya letusan-letusan senjata.

Setelah itu, tidak terdengar letusan senjata susulan. Ini menandakan bahwa tidak ada satupun terpidana mati yang perlu ditembak di bagian kepala untuk memastikan kematiannya. (Reuters)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI