Suara.com - Presiden Joko Widodo membantah penundaan eksekusi mati terhadap terpidana mati asal Fiipina, Mary Jane Fiesta Veleso, karena dilobi Presiden Filipina Benigno Aquino III saat berlangsung Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN di Kuala Lumpur, Malaysia, dan ditelepon jelang pelaksanaan hukuman mati.
“Enggak, enggak ada lobi-lobi. Semalam Presiden Filipina enggak ada telepon ke saya. Penundaan, sekali penundaan ya, eksekusi Mary Jane itu karena ada buki baru kalau dia korban perdagangan manusia. Kami menghargai proses hukum itu hingga selesai,” kata Joko Widodo di Hotel Bidakara, Jakarta, Rabu (29/4/2015).
Jokowi menegaskan ia terakhir kali berbicara dengan Benigno ketika sama-sama menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN di Kuala Lumpur.
"Jadi tidak ada itu semalam lobi-lobi. Orang juga enggak ada telepon juga. Ini murni menghargai proses hukum,” katanya.
Seperti diketahui, untuk membebaskan Mary Jane, telah dilakukan berbagai upaya hukum, mulai dari permohonan grasi hingga dua kali permohonan Peninjauan Kembali di Pengadilan Negeri Sleman, Yogyakarta.
PK pertama ditolak oleh Mahkamah Agung karena dianggap tidak memuat novum. Permohonan PK kedua diajukan menjelang eksekusi pada Senin (27/4/2015), tetapi langsung ditolak oleh PN Sleman pada sore harinya mengacu poin ketiga Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 7 Tahun 2014 bahwa PK hanya bisa diajukan satu kali.
Namun, karena ada bukti baru yang menyatakan bahwa Mary Jane diduga korban perdagangan manusia, eksekusi mati terhadap Mary Jane dini hari tadi ditunda menjelang detik-detik pelaksanaan eksekusi bersama delapan terpidana mati lainnya di Pulau Nusakambangan.