Suara.com - World Wide Fund (WWF) Indonesia menyatakan petani sawit sekala kecil yang tidak terikat perusahaan merupakan penyebab utama penggundulan hutan dari tahun ke tahun di Sumatera.
"Untuk sawit di Sumatera, 42 persen kawasan sawit dikelola petani dan lebih dari 80 persen petani itu swadaya yang tidak terikat perusahaan. Deforestasi terbesar justru dari petani budidaya sawit," ujar Strategy Leader of Agriculture & Fisheries Market WWF Indonesia Irwan Gunawan saat merilis laporan WWF di Jakarta, Selasa.
Petani, kata dia, bahkan merambah kawasan hutan lindung atau kawasan yang dalam perundang-undangan tidak untuk sawit seperti taman nasional.
Selain petani, dia mengatakan penyumbang terbesar penggundulan hutan di Sumatera adalah pembangunan infrastruktur yang sebagian besar adalah pembangunan jalan.
"Belum lagi pembangunan jalan tol Trans-Sumatra dan jembatan untuk menghubungkan dengan Malaysia, penggundulan hutan berpotensi lebih besar lagi," kata dia.
Setelah itu, penyebab kedua penggundulan hutan Sumatera adalah adanya penebangan hutan tanpa izin yang masih terjadi serta produksi kertas.
Selanjutnya, ujar dia, adalah kebakaran hutan yang dapat disebabkan oleh petani yang membakar hutan untuk membuka lahan dan pembakaran bekas penebangan ilegal.
Sementara, menurut dia, industri agrikultur berupa perusahaan besar justru berdampak kecil pada penggundulan hutan Sumatera setelah beberapa perusahaan agrikultur melakukan perjanjian pengurangan deforestasi dengan sertifikasi sawit.
Untuk itu, ia meminta pemerintah memberikan perhatian lebih pada masalah tersebut dengan memperluas dan meningkatkan perlindungan hutan demi kelestarian hutan yang menyimpan air dan menjadi tempat tinggal jutaan keanekaragaman hayati.
Berdasarkan data WWF, penggundulan hutan alami di Sumatera dari 1885 hingga 2014 mencapai 13,9 juta hektare atau 55 persen dari total hutan di sana.