Suara.com - Gempa berkekuatan 7,9 skala richter yang mengguncang Nepal pada hari Sabtu (25/4/2015) menyisakan duka tak terperi bagi banyak warga Nepal, tak terkecuali seorang ayah yang kehilangan putri tercintanya.
Dayaram Mohat, demikian nama lelaki asal Balaju, Kathmandu tersebut. Dayaram tak kuasa menahan tangis saat menyaksikan polisi, hanya dengan tangan dan alat bantu seadanya, menarik jenazah putrinya dari antara puing reruntuhan bangunan rumah mereka.
"Ia adalah segalanya bagi saya," kata Dayaram Mohat yang limbung lalu terjatuh mengetahui putrinya yang berusia 14 tahun telah tiada.
Kini, para relawan kemanusiaan Nepal mendapat tenaga baru dari ratusan pekerja kemanusiaan Cina, India, dan Amerika Serikat. Rumah Sakit penuh sesak dengan korban tewas maupun luka-luka.
Gempa dengan episentrum 73 kilometer sebelah timur Kota Pokhara ini adalah yang terbesar dalam 80 tahun terakhir. Ironisnya, Kota Pokhara, kota yang jadi pusat wisata olah raga petualangan itu tidak terlalu parah terkena dampak gempa. Bahkan, menurut koresponden AFP di sana, para turis masih melanjutkan liburan mereka di kota tersebut. (CNA)