Suara.com - Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan bersama dengan Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia mendesak Polri menginvestigasi penyebab tewasnya Koordinator Pos Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Benjina, Yoseph Sairlela, di Menteng, Jakarta Pusat. Yoseph adalah saksi kunci yang bisa mengungkap kasus dugaan perbudakan anak buah kapal asing di Benjina, Kepulauan Aru, Maluku.
"Polri harus melakukan penyelidikan mendalam terhadap peristiwa pembunuhan almarhum Yoseph Sairlela guna mengungkap kejahatan dan hubungannya sebagai salah satu saksi kunci dalam kasus Benjina," ujar Staf Divisi Ekonomi Sosial Kontras Ananto Setiawan dalam konferensi pers di kantor Kontras, Jalan, Borobudur, Jakarta Pusat, Minggu (26/4/2015).
Selain itu, Kontras dan KNTI juga mendesak polisi menginvestigasi dugaan praktek perbudakan di Benjina.
"(Polisi) juga harus menindaklanjuti sejumlah laporan lainnya terkait peristiwa pelanggaran HAM dalam kegiatan eksploitasi sumber daya laut di Indonesia," kata dia.
Ananto mengungkapkan berdasarkan laporan Badan Pemeriksa Keuangan tahun 2010 terdapat 98 kapal ikan yang masih menggunakan jasa anak buah kapal asing dan menyalahi aturan, atau melebihi dari 50 persen total ABK kapal ikan.
Dalam kasus ini, Kementerian Kelautan dan Perikanan juga diharapkan dapat mencabut cabut izin usaha perusahaan yang melakukan praktik ilegal yang berpotensi melanggar HAM.
"KKP untuk harus segera memperbaiki sistem perizinan penangkapan ikan. Dan tidak membuka keterlibatan asing dalam kegiatan penangkapan ikan guna mencegah terjadinya praktek yang sama," kata dia.