Eksekusi Serge Ditunda, Imparsial: Itu Bukan Intervensi Prancis

Minggu, 26 April 2015 | 17:08 WIB
Eksekusi Serge Ditunda, Imparsial: Itu Bukan Intervensi Prancis
Terpidana mati kasus narkoba warga Prancis Serge Arezki Atlaoui (kemeja putih) (Antara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Direktur Program Imparsial, Al Araf, menilai reaksi keras Prancis atas rencana eksekusi mati warganya yang menjadi terpidana kasus narkoba di Indonesia, Serge Areski Atlaoui, bukan wujud intervensi terhadap hukum.

"Saya rasa tidak ada intervensi asing. Menurut saya dalam aspek adanya respon internasional. Hukuman mati itu bersifat dalam aspek kemanusiaan ya. Bukan dalam aspek intervensinya," kata Araf di gedung Jiwasraya, Gondangdia, Jakarta Pusat, Minggu (26/4/2015).

Menurut Araf kecaman terhadap hukuman mati di Indonesia merupakan wujud solidaritas kemanusiaan.

"Ada persoalan kemanusiaan yang dinodai di Indonesia dengan melakukan eksekusi mati. Sama sekali tidak ada intervensi. Toh pada akhirnya presiden sendiri yang akan memutuskan," katanya.

Araf mengatakan kalau Indonesia tetap menerapkan hukuman mati dapat dipastikan dicap negatif di mata internasional

"Kredibilitas negara dan pemerintah tentu akan menjadi rendah di mata publik internasional khususnya di negara-negara Uni Eropa dan negara-negara yang secara kemanusiaan yang menjunjung hak asasi untuk hidup," katanya.

Kejaksaan Agung beberapa waktu lalu merilis sepuluh nama terpidana mati yang masuk dalam daftar eksekusi tahap kedua yang akan dilaksanakan serentak di Pulau Nusakambangan.

Kesepuluh terpidana kasus narkoba yang akan segera dieksekusi terdiri atas Andrew Chan (warga negara Australia), Myuran Sukumaran (Australia), Raheem Agbaje Salami (Nigeria), Zainal Abidin (Indonesia), Serge Areski Atlaoui (Prancis), Rodrigo Gularte (Brasil), Silvester Obiekwe Nwaolise alias Mustofa (Nigeria), Martin Anderson alias Belo (Ghana), Okwudili Oyatanze (Nigeria), dan Mary Jane Fiesta Veloso (Filipina).

Akan tetapi, berdasarkan informasi salah seorang anggota tim penasihat hukum terpidana mati Rodrigo Gularte, Christina Windiarti, saat ditemui wartawan di Cilacap, kemarin malam, hanya ada sembilan terpidana mati yang menerima notifikasi pelaksanaan eksekusi.

"Hanya sembilan yang menerima notifikasi, Rodrigo yang terakhir terima," katanya.

Pengacara terpidana mati Raheem Agbaje Salami, Ismail Karim, juga mengatakan bahwa hanya sembilan terpidana yang mendapatkan surat pemberitahuan eksekusi.

"Yang dari Prancis itu belum diberitahu, mungkin upaya hukum belum selesai," kata Utomo Karim di Cilacap, Jawa Tengah, saat dihubungi Suara.com, Minggu (26/4/2015). Utomo mengatakan berdasarkan surat pemberitahuan yang diterima kliennya, eksekusi akan dilaksanakan pada Rabu (29/4/2015) pagi.

Sementara dalam sejumlah pemberitaan, dikutip dari Antara, Kepala Pusat Penerangan Umum Kejaksaan Agung Tony Tribagus Spontana mengatakan bahwa terpidana mati Serge ditarik dari daftar eksekusi tahap kedua karena yang bersangkutan menggugat penolakan grasi oleh Presiden Joko Widodo ke Pengadilan Tata Usaha Negara.

Menurut dia, eksekusi terhadap Serge akan dilakukan tersendiri setelah adanya putusan dari PTUN. Dengan demikian, eksekusi tahap kedua hanya dilakukan terhadap sembilan terpidana mati kasus narkoba.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI