Takut Tidur dalam Rumah, Warga Nepal Berjibaku dengan Hawa Dingin

Ruben Setiawan Suara.Com
Minggu, 26 April 2015 | 08:33 WIB
Takut Tidur dalam Rumah, Warga Nepal Berjibaku dengan Hawa Dingin
Tim evakuasi sedang berupaya menyelamatkan korban yang tertimbun reruntuhan di Kathmandu, Nepal. (Reuters/Navesh Chitrakar)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Nepal meminta bantuan kepada sejumlah negara pascagempa yang memporakporandakan negeri tersebut dan menewaskan hampir 1.400 orang.

Ribuan warga Nepal terpaksa tinggal di luar rumah dalam kondisi suhu teramat rendah di lembah Kathmandu. Sebagian besar terlalu takut untuk kembali tinggal di dalam rumah mereka pasca gempa 7,9 skala richter yang terjadi pada Sabtu (25/4/2015) tengah hari.

"Kami sudah menggelar rencana penyelamatan dan rehabilitasi dan masih banyak yang harus dilakukan, kata Menteri Informasi dan Penyiaran Nepal Mirendra Rijal.

"Negara kami sedang berada dalam krisis dan kami akan membutuhkan teramat banyak dukungan dan bantuan," katanya dalam sebuah televisi India.

Polisi mengatakan, jumlah korban tewas telah mencapai 1.394 orang, sementara 4.700 lainnya terluka. Lebih dari 630 orang tewas di kawasan Lembah Kathmandu, sementara 300 lainnya tewas di ibu kota Nepal, Kathmandu.

Rumah Sakit Bir di Kathmandu sejauh ini sudah menerima 300 hingga 350 pasien yang mengalami luka serius. Sebagian besar dari pasien tersebut meninggal dunia. Petugas medis Dinesh Chaudhary mengatakan, rumah sakit kehabisan suplai obat dan mencari obat-obatan dari toko-toko obat di kota tersebut.

"Akan ada lebih banyak pasien yang datang besok karena baru sebagian kecil puing bangunan yang dibersihkan," kata Chaudhary.

Sementara itu, Ramesh Pokharel, seorang staf di Rumah Sakit Bhaktapur, yang terletak di tepian Kota Kathmandu, mengatakan, sedikitnya ada 50 jenazah yang terpaksa dibaringkan di halaman rumah sakit.

Karena kurangnya tempat, para dokter terpaksa merawat pasien di sebuah tenda yang didirikan di samping gedung utama rumah sakit. Para staf pun tak sempat menghitung ataupun mendata para korban yang datang.

"Kacau sekali di sini," kata Pokharel. (Reuters)

REKOMENDASI

TERKINI