Pascagempa Nepal, Longsor Salju Everest Tewaskan Insinyur Google

Ruben Setiawan Suara.Com
Minggu, 26 April 2015 | 06:31 WIB
Pascagempa Nepal, Longsor Salju Everest Tewaskan Insinyur Google
Para pendaki di base camp Everest. (Reuters/Navesh Chitrakar)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuah tim tentara pendaki gunung India menemukan 18 jenazah di Gunung Everest, hari Sabtu (25/4/2015) waktu setempat. Kedelapanbelas jenazah tersebut ditemukan pascalongsor salju yang dipicu oleh gempa 7,9 skala richter di Nepal.

Kementerian Pariwisata Nepal hanya mengkonfirmasi temuan 10 jenazah, namun juru bicara kementerian Gyanendra Shrestha mengatakan, jumlah korban tewas dapat bertambah. Longsor salju terjadi pada awal musim mendaki.

Longsoran salju menimbun sebagian base camp para pendaki. Kini, ada dua tenda yang digunakan untuk merawat para pendaki yang terluka.

Salah satu pendaki yang tewas adalah Dan Fredinburg, seorang insinyur Google asal California. Ia tewas akibat luka yang ia alami di bagian kepalanya saat longsor terjadi.

"Kami berdoa juga untuk semua yang kehilangan nyawanya dalam salah satu tragedi terbesar yang pernah menghantam negeri di kawasan Himalaya ini," kata Jagged Globe, salah satu pendaki yang membawa jenazah Fredinburg ke base camp.

Kementerian pariwisata Nepal mengatakan, sedikitnya ada 1.000 pendaki, di mana 400 di antaranya adalah warga negara asing, di basis para pendaki Everest saat gempat terjadi.

Bulan April adalah salah satu masa yang paling sering digunakan para pendaki untuk menaklukkan puncak gunung Everest setinggi 8.850 meter, sebelum hujan dan awan datang pada akhir Bulan Mei. Hampir setahun silam, lonsor salju yang terjadi di Everest menewaskan 16 pemandu pendaki Nepal.

Gempa 7,9 skala richter yang mengguncang Nepal pada hari Sabtu adalah yang terbesar di negeri tersebut selama 81 tahun terakhir. Gempa juga terasa hingga India, Cina, dan Bangladesh.

Awal Minggu (26/4/2015), jumlah korban tewas diperkirakan mencapai lebih dari 1.300 orang di Nepal. (Reuters)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI