Suara.com - Dengan berbekal semangat untuk mencapai ketertiban dan perdamaian dunia, sejumlah negara yang kebanyakan baru saja memperoleh kemerdekaan dari kawasan Asia dan Afrika menyelenggarakan sebuah konferensi 60 tahun silam.
Konferensi yang hingga kini dikenal sebagai Konferensi Asia Afrika pertama kali diselenggarakan di Bandung pada tanggal 18 sampai dengan 24 April 1955 dan dianggap mencapai kesuksesan besar, baik dalam mempersatukan sikap dan menyusun pedoman kerja sama di antara bangsa-bangsa Asia Afrika maupun dalam ikut serta membantu terciptanya ketertiban dan perdamaian dunia.
Konferensi Asia Afrika pertama diselenggarakan oleh Indonesia, Myanmar (dahulu Burma), Sri Lanka (dahulu Ceylon), India dan Pakistan dan dikoordinasi oleh Menteri Luar Negeri Indonesia Sunario.
Pertemuan yang berlangsung di Gedung Merdeka, Bandung, Jawa Barat, bertujuan untuk mempromosikan kerja sama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika dan melawan kolonialisme atau neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet, atau negara imperialis lainnya.
Konferensi dua benua ini menghasilkan 10 poin hasil pertemuan yang kemudian tertuang dalam Dasasila Bandung, yang berisi tentang "pernyataan mengenai dukungan bagi diakhirinya kerusuhan dan dilakukannya kerja sama dunia".
Tanpa diduga, konferensi ini akhirnya membawa kepada inisiatif terbentuknya Gerakan Non-Blok pada 1961.
KAA kini Berselang 60 tahun kemudian, Indonesia kembali menjadi tuan rumah untuk penyelenggaraan Konferensi yang telah memberi dampak pada tatanan dunia dalam mencapai kesejahteraan.
Dalam kesempatan tersebut, Presiden ke-7 Joko Widodo menyatakan bahwa harus ada keseimbangan di dalam tatanan global baru, disela- sela peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika di Jakarta.
Dalam pelaksanaannya, Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa suara yang disampaikan oleh para peserta, delegasi serta pengamat dalam Konferensi Asia Afrika 2015 merupakan suara kebangkitan bangsa Asia Afrika.
"Suara yang disampaikan merupakan suara kebangkitan bangsa Asia Afrika. Oleh sebab itu suara dan keputusan kita tidak bisa diabaikan oleh siapa pun, dan dalam konferensi ini kita sepakat menggelorakan kembali inti perjuangan Selatan-Selatan, untuk mewujudkan kesejahteraan, solidaritas, dan stabilitas Asia Afrika," ujar Joko Widodo dalam pidato penutupan rangkaian KAA 2015 yang didampingi oleh Presiden Zimbabwe Robert Mugabe sebagai ketua bersama.
Konferensi kali ini menghasilkan tiga buah dokumen utama untuk diadopsi, yaitu Bandung Message, Penguatan Kemitraan Strategis Baru Asia Afrika (NAASP), dan Deklarasi Palestina, ujarnya dalam pidato penutupan KAA 2015 di Jakarta, Kamis.
Kemudian, Presiden menambahkan bahwa seluruh peserta konferensi sepakat untuk membentuk jejaring pusat penjagaan perdamaian di kedua kawasan untuk memfasilitasi kerja sama peningkatan kapasitas.
"Kita mengecam aksi ekstremisme dan terorisme dan medorong dialog budaya dan agama, kita sepakat meningkatkan perdagangan dan investasi sebagai mesin pendorong perekonomian," tambanya.
Di samping itu, KTT juga mendorong perdagangan multilateral yang adil dan pro pada pembangunan, berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi, investasi, dan tenaga kerja.
"Saya akan bersama-sama bekerja demi kemakmuran, demi keadilan, dan demi keamanan bangsa Asia Afrika, agar kemitraan strategis Asia Afrika benar-benar terwujud," tandas Presiden RI.
Dalam penutup pidatonya, Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa KAA merupakan salah satu forum antarpemerintahan terbesar di dunia di luar PBB yang dihadiri oleh negara Asia Afrika dan beberapa negara peninjau.
Konferensi Asia Afrika ke-60 digelar pada 19-23 April 2015 di Jakarta dan 24 April di Bandung. Pada 21-22 April, diselenggarakan Pertemuan Puncak Bisnis Kawasan Asia-Afrika (Asian-African Business Summit).
Selanjutnya pada 22 April digelar pelaksanaan KTT hari pertama. Pada 23 April pelaksanaan KTT hari kedua, dan jamuan makan malam oleh Presiden Joko Widodo untuk para kepala negara dan kepala pemerintahan.
Pada 24 April, hari terakhir rangkaian pelaksanaan KAA, dilakukan napak tilas (historical walk) KAA oleh para kepala negara dan kepala pemerintahan di Bandung.
Penghormatan bagi negara pencetus KAA Presiden Republik Islam Iran Hassan Rouhani yang hadir dalam kesempatan tersebut mengatakan bahwa Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) adalah sebuah penghormatan bagi para pencetus KAA 1955.
Inisiatif memakmurkan Asia Afrika ini meningkatkan peran sebagai kekuatan yang berpengaruh dalam pembangunan perdamaian internasional.
"Meski pada era sekarang, dunia telah mengalami perubahan yang sangat besar, prinsip-prinsip dan nilai-nilai Bandung harus tetap berjalan dalam rangka agenda diplomasi global. Mari kita jaga prinsip-prinsip Bandung yang telah dideklarasi sehingga nilainya tidak akan rusak," pesan Hassan.
Hassan mengajak menolak kekerasan, agresi, dan memberantas terorisme dan ekstremisme yang menyebar dengan mudah semua lintas dunia dan menumpahkan darah tak berdosa.
"Terorisme dan ekstremisme yang sekarang tersebar luas di banyak bagian Asia dan Afrika," ungkapnya.
Ia mengatakan teroris dan ekstremis, yang terjadi di Irak dan Suriah dan beberapa negara Afrika, telah banyak membunuh pria, wanita dan anak-anak tak berdosa setiap hari demi kepentingan politik.
"Mereka menghancurkan infrastrukturnya sendiri. Akibatnya terjadi ketidaksetabilan wilayah yang dilanda krisis dan akan membawa ketidak amanan di seluruh dunia termasuk negaranya sendiri," sesalnya.
Menurut Presiden Iran, dirinya menyampaikan hal itu ke Majelis Umum PBB untuk mengadopsi resolusi dunia Menentang Kekerasan dan Ekstremisme dan menciptakan struktur internasional dengan dukungan Asia Afrika untuk mencapai tujuan.
Dengan terselenggaranya Konferensi Asia Afrika, negara-negara anggota telah memberi sumbangan bagi upaya-upaya global untuk menjaga situasi yang damai dan aman, memberantas kemiskinan dan meningkatkan pembangunan yang berkelanjutan.
Konferensi tersebut telah mendorong negara-negara di kedua benua tersebut juga digunakan untuk menyatakan kembali dukungan mereka bagi kemerdekaan Palestina.
Pertemuan-pertemuan pada KAA yang berlangsung dari 19 hingga 24 April, 2015, akan ditutup dengan peringatan ke 60 KAA di Bandung, Jawa Barat, tempat para pemimpin negara-negara Asia Afrika akan melakukan napak tilas dari Hotel Savoy Homman hingga Gedung Merdeka tempat KAA pertama kali diselenggarakan. (Antara)