Suara.com - Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selaku Chair of Global Green Growth Institute menjadi pembicara kunci dalam Konferensi Parlemen Asia Afrika yang berlangsung di DPR, Jakarta, Kamis (23/4/2015). Konferensi ini merupakan rangkaian dari peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika.
Dalam pidato berbahasa Inggris, Yudhoyono mengenang ketika masih menjadi Presiden RI pernah menyelenggarakan KAA ke 50. Hasil KAA ketika itu turut memberikan kontribusi pada pertumbuhan perekonomian.
"Di peringatan KAA ke 70 ini kita harap Asia Afrika bebas dari kemiskinan. Karena, Asia itu pusat ekonomi, ada Tiongkok dan Jepang. Dan Afrika akan jadi pusat ekonomi juga, Rwanda," kata Yudhoyono.
Dalam pidato, Yudhoyono mengatakan ada tiga isu utama yang harus menjadi perhatian KAA 2015, yaitu, kemiskinan, pembangunan, dan kekuatan internasional.
"Ini salah satu tantangan Asia Afrika, terutama kerja sama Selatan-Selatan. Sekarang kita lebih mudah dibanding 60 tahun, kita lebih punya banyak sumber daya alam, yang bisa dibagi merata antara kita," ujarnya.
Dia juga menyinggung soal dukungan kemerdekaan bagi Palestina. Indonesia, kata Yudhoyono, juga sudah memberikan pelatihan kepada ratusan warga Palestina di bidang pembangunan.
Ketua Umum Partai Demokrat juga menyinggung tentang dinamika politik yang ada sekarang. Menurutnya, apapun model ekonomi dan paham politik yang dianut, tanpa pemerintahan yang baik hal itu tidak akan tercapai.
"Tugas parlemen di dunia harus meyakinkan pemerintah memerintah dengan baik bagi masyarakatnya," kata dia.
Yudhoyono juga berharap negara Asia Afrika mempercepat penyebaran perdamaian dunia. Angola, Mozambik, dan Rwanda, diharapkan bisa mengakhiri perang.
"Di Indonesia separatisme sudah mulai diminimalkan, hidup berdampingan dalam damai. Stabilitas ini harus dilebarkan terus. Kita harus dukung kemerdekaan Palestina. Kita harus damaikan juga Yaman," ujarnya.
Pidato Yudhoyono mendapat pun mendapatkan standing applause yang luar biasa dari hadirin.