Pidato Bahasa Indonesia, Jokowi Ingatkan Tantangan Asia Afrika

Rabu, 22 April 2015 | 11:13 WIB
Pidato Bahasa Indonesia, Jokowi Ingatkan Tantangan Asia Afrika
Presiden Joko Widodo [suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Presiden Joko Widodo berpidato dengan Bahasa Indonesia dalam pembukaan peringatan Konferensi Asia Afrika ke 60 di Hall Jakarta Convention Center, Rabu (22/4/2015). Selain para Kepala Negara, KTT ‎ini dihadiri oleh para tokoh nasional.

Dalam sambutan pembukaan konferensi, Presiden Jokowi terlebih dahulu memberikan salam hormat kepada Wakil Presiden Jusuf Kalla, kemudian para mantan Presiden dan Wakil Presiden: Megawati Soekarnoputri, BJ Habibie, Tri Sutrisno, dan Hamzah Haz.

Jokowi mengatakan bahwa 60 tahun silam Bapak Bangsa Indonesia, Presiden Sukarno, mencetuskan gagasan KAA untuk memperoleh hak sebagai bangsa merdeka yang sama dengan bangsa manapun di belahan dunia.

"60 tahun lalu, Bung Karno mencetuskan gagasan untuk bangkitkan kesadaran bangsa-bangsa Asia dan Afrika sebagai bangsa merdeka yang menolak ketidakadilan, dan menentang segala bentuk imperialisme," kata Jokowi.

Kepala Negara menambahkan esensi dari semangat Bandung, yakni KAA pada 1955, untuk memperjuangkan kemerdekaan dan mendorong kesejahteraan.

Presiden Jokowi mengatakan kini suasananya sudah berbeda, bangsa-bangsa Asia Afrika sudah merdeka dan berdaulat.‎ Namun, perjuangan untuk kemerdekaan dan kesejahteraan bagi seluruh bangsa Asia Afrika masih berlanjut.

"Namun perjuangan kita belum selesai. Yang mulia para hadirin sekalian, dunia yang kita warisi sekarang ini masih sarat dengan ketidakadilan, kesenjangan dan kekerasan global. Cita-cita bersama mengenai berartinya sebuah peradaban baru, sebuah tatanan dunia baru, yang berdasarkan keadilan, kesetaraan dan kemakmuran masih jauh dari harapan," katanya.

"Ketidakadilan dan ketidakeseimbangan global masih terpampang gamblang di hadapan kita. Ketika negara-negara kaya yang hanya sekitar 20 persen penduduk dunia," Jokowi menambahkan.

REKOMENDASI

TERKINI