Suara.com - Aksi unjuk rasa ribuan demonstran menuntut tindakan tegas pemerintah menangani tragedi tenggelamnya kapal feri Sewol di Seoul, Korea Selatan, Sabtu (18/4/2015) berujung bentrok. Polisi terlibat saling dorong dengan ribuan demonstran yang hendak menggelar aksi di depan istana kepresidenan.
Sekitar 13.000 polisi dan 470 kendaraan polisi dikerahkan ke lokasi yang menjadi tempat digelarnya unjuk rasa. Sedikitnya 100 orang demonstran ditangkap.
Unjuk rasa hari Sabtu digelar oleh kelompok yang menamakan diri wakil dari keluaraga korban feri Sewol. Unjuk rasa ini merupakan yang terbesar dalam kurun waktu sepekan, bersamaan dengan berlangsungnya peringatan setahun tragedi Sewol yang menewaskan lebih dari 300 orang tanggal 16 April tahun lalu.
Polisi menggunakan bus polisi untuk mencegat pergerakan massa demonstran menuju Blue House, sebutan bagi istana kepresidenan. Mereka juga menggunakan water cannon dan semprotan bubuk merica untuk menghalau demonstran. Akibatnya, beberapa bus polisi rusak jadi bulan-bulanan massa.
Dinas pemadam kebakaran mengatakan, sedikitnya sembilan demonstran dan tiga polisi dilarikan ke rumah sakit. Sementara itu, tiga orang demonstran mendapat perawatan di lokasi.
Unjuk rasa yang berlangsung sejak siang menyerukan agar pemerintah membentuk tim penyidik independen untuk menyelidiki kecelakaan feri Sewol. Demonstran juga menginginkan agar bangkai feri Sewol diangkat.
Sewol sedang dalam pelayaran dari pelabuhan Incheon menuju Pulau Jeju ketika tiba-tiba miring dan terbalik. Dari 304 korban tewas, sebanyak 250 diantaranya adalah siswa sekolah yang sedang dalam perjalanan wisata.
Belakangan, diketahui bahwa kapal feri tersebut kelebihan muatan. Kemarahan keluarga korban kian menjadi karena pemerintah belum mengumumkan rencana untuk mengangkat bangkai kapal, bersamaan dengan peringatan satu tahun tenggelamnya Sewol.
Presiden Korea Selatan Park Geun-hye mengatakan pada hari Kamis lalu bahwa pemerintah akan mulai mempersiapkan pengangkatan feri berbobot 6.800 ton. (Reuters)