Latihan Tempur TNI Usai, Poso Diklaim Bersih dari Teroris

Liberty Jemadu Suara.Com
Minggu, 19 April 2015 | 04:55 WIB
Latihan Tempur TNI Usai, Poso Diklaim Bersih dari Teroris
Latihan Pertempuran (latpur) Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) disekitar pegunungan Biru Tamanjeka, Poso, Sulawesi Tengah, Selasa (31/3) [Antara].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - "Alhamdulillah, mereka sudah tidak berada di Gunung Biru. Mereka sudah pergi, bahkan sebelum kami memulai latihan tempur di sana," kata Panglima Divisi II Kostrad Mayjen TNI Bambang Haryanto di Poso, Jumat (17/4/2015).

Mereka yang dimaksud Panglima Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI itu adalah kelompok teroris pimpinan Santoso yang selama ini menjadikan kawasan "Gunung Biru" di Poso sebagai lokasi persembunyian dan pelatihan militer.

Aksi-aksi kelompok sipil bersenjata yang menamakan diri Mujahiddin Indonesia Timur menculik dan membunuh warga serta aparat kepolisian dalam dua tahun terakhir, telah menjadi momok bagi warga setempat, bahkan masyarakat Poso pada umumnya, sehingga mereka tidak leluasa bertani.

Gunung Biru merupakan kawasan hutan di Desa Masani, Kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Lokasinya hanya sekitar 25 kilometer dari pusat Kota Poso.

Tempat itu disebut Gunung Biru oleh warga lokal karena hutan di situ telah berubah menjadi hutan tanaman kakao yang diolah oleh warga yang pada umumnya pendatang dari Sulawesi Selatan dan bermukim menetap di Dusun Tamanjeka alias Ratalembah, Desa Masani.

Kepala Desa Masani Joni Kolompo mengemukakan untuk menjangkau pegunungan itu, warga harus berjalan kaki mendaki gunung sekitar 20 kilometer. Di ketinggian gunung tersebut terdapat sebuah lembah dimana ada danau kecil dan aliran sungai yang menjadi lokasi mendulang emas dan bijih besi secara tradisonal.

"Di daerah itulah kelompok teroris itu bersembunyi selama ini. Mereka bahkan berhasil merekrut sedikitnya lima warga Dusun Tamanjeka, Desa Masani, untuk menjadi pengikut kelompok tersebut. Beberapa sudah ditangkap aparat. Namun, lainnya masih buron," ujar Joni lagi.

Memperhatikan kondisi psikologis penduduk yang membutuhkan pemulihan rasa aman secepatnya serta kondisi hutan lebat di pinggiran Teluk Tomini itu, TNI pun menetapkan kawasan Poso Pesisir yang meliputi Kecamatan Poso Pesisir, Poso Pesisir Utara, dan Poso Pesisir Selatan sebagai lokasi latihan tempur PPRC 2015.

"Ini memang lokasi latihan tempur yang sangat ideal," kata penanggung jawab latihan tempur PPRC Mayjen TNI Bambang Haryanto.

Latihan yang berlangsung 31 Maret--17 April 2015 itu melibatkan sekitar 3.200 personel, yang sebagian besarnya terdiri atas prajurit Marinir, Kostrad dan, Paskhas TNI AU. Latihan ini mengerahkan tiga KRI, sejumlah pesawat tempur, helikopter, dan hercules, serta kendaraan lapis baja.

Selama dua hari penuh, yakni 31 Maret dan 1 April, kawasan hutan di Poso Pesisir digempur dengan persenjataan berat dari atas pesawat tempur, dan helikopter, KRI yang berlabuh di pelabuhan Poso serta panser-panser Marinir dan Kostrad. Target utama adalah Gunung Biru.

Setelah dibombardir, ribuan personel dari tiga kesatuan elite TNI tersebut kemudian menyerbu ke dalam hutam selama berhari-hari.

"Latihan kami ini memang tidak bertujuan memburu teroris, tetapi kepada semua anggota saya sudah perintahkan, kalau bertemu dengan kelompok teroris Santoso, lakukan tindakan tegas. Namun, kami tidak bertemu dengan mereka," ujar Bambang Haryanto kepada wartawan di Poso.

Ia menceriterakan bahwa prajurit PPRC berhasil menjangkau tempat di Gunung Biru yang diyakini menjadi pusat latihan militer para pengacau keamanan tersebut.

"Kami menemukan seluruh jejak mereka. Kami mengetahui secara detail pergerakan mereka di dalam hutan selama ini, bahkan menemukan senjata api dan senjata rakitan yang mereka sembunyikan," ujarnya.

Ia berharap lewat latihan tempur PPRC selama tiga pekan ini akan memulihkan rasa aman warga Poso sehingga mereka bisa beraktivitas kembali secara normal untuk mengolah kebun-kebun yang sudah lama terlantar karena ketakutan terhadap kelompok warga.

Ditembak Polisi

Salah satu bukti bahwa teroris pimpinan Santoso telah meninggalkan Gunung Biru menjelang TNI menggelar latihan tempur PPRC adalah ditembak matinya oleh polisi dua gembong teroris tersebut, yakni Sabar Subagyo alias Daeng Koro dan Farid alias Imam di hutan Kabupaten Parigi Moutong, tetangga Kabupaten Poso.

Kapolda Sulteng Brigjen Pol. Idham Azis mengakui pihaknya telah mengantisipasi situasi bahwa kelompok teroris itu akan bergeser ke hutan-hutan di daerah tetangga, saat TNI berlatih, sehingga personel Polri yang baru saja menggelar operasi "Camar Maleo" di Poso berhasil melumpuhkan dua teroris di Parigi Moutong.

"Kami memang sudah mengantisipasi pergeseran para teroris itu. Terima kasih kepada TNI karena latihan tempur di Poso memberi dampak yang baik atas keberhasilan Polri bisa melumpuhkan dua gembong teroris," katanya.

Ia menambahkan bahwa Polri dan TNI terus berkoordinasi untuk menumpas para pengganggu keamanan tersebut.

Setelah TNI selesai berlatih, kata dia, Polri akan melanjutkan operasi Camar Maleo dengan tujuan utama menumpas teroris. Namun, tidak hanya di Poso saja, tetapi di semua tempat yang diduga menjadi lokasi pelarian dan persembunyian mereka pascalatihan tempur TNI.

Operasi Camar Maleo I yang bertujuan menumpas teroris di Sulawesi Tengah berakhir pada tanggal 26 Maret 2015 menjelang TNI menggelar latihan tempur PPRC. Dalam waktu dekat, operasi Camar Maleo ini akan diperpanjang," kata Kapolda Idham Azis.

Operasi Camar Maleo I dilaksanakan selama dua bulan. Namun, hanya fokus pada Kabupaten Poso yang dianggap sebagai pusat persembunyian kelompok teroris pimpinan Santoso. Operasi tersebut melibatkan sekitar 700 personel Brimob Kelapa Dua Mabes Polri.

Gerombolan teroris ini diperkirakan beranggotakan sekitar 30 orang. Kekuatan mereka melemah setelah Daeng Koro, salah satu tokoh dalam kelompok itu, tewas diterjang peluru polisi dan lainnya kini terpencar di hutan sekitar Kabupaten Parigi Moutong dan Kabupaten Sigi.

Pengamanan Swakarsa

Setelah Gunung Biru bersih dari teroris, Panglima Kodam VII/Wirabuana Mayjen TNI Bachtiar kini mengajak masyarakat Poso untuk bersatu melawan terorisme. Menurut dia, cara itu yang paling ampuh dan cepat untuk menumpas teroris dari bumi Poso.

"Persatuan itu diwujudkan dalam bentuk komitmen bersama untuk berani melaporkan kepada aparat bila mengetahui keberadaan teroris, dan tidak seorang warga pun yang memberikan bantuan kepada mereka dalam bentuk apa pun," katanya saat bertatap muka dengan warga Desa Masani, Kecamatan Posos Pesisir, Jumat (17/4) petang.

Menurut Pangdam, para teroris selama ini bisa bercokol di hutan-hutan Poso karena warga takut untuk melaporkan keberadaan mereka, bahkan ada warga yang membantu mereka, khususnya dalam menyuplai logistik.

"Para teroris itu tidak mungkin bisa bertahan begitu lama di hutan sekitar Poso ini kalau warga tidak memberi mereka beras, gula, atau garam. Mereka mau dapat garam dari mana di hutan lebat itu kalau bukan warga yang memberikan," ujarnya sambil menunjuk hutan-hutan lebat di sekitar Desa Masani tersebut.

Tentara Nasional Indonesia sendiri bersama Polri akan akan terus mengawasi Gunung Biru dan sekitarnya agar mereka tidak kembali lagi ke situ.

Pangdam juga mengemukakan bahwa mulai 18 April 2015, untuk jangka waktu enam bulan ke depan, TNI akan menggelar operasi penguatan teritorial di wilayah Poso yang salah satu sasaran utama adalah meningkatkan pengamanan swakarsa atas kerja sama dengan rakyat dan aparat TNI/Polri.

Ia meminta warga untuk mengaktifkan pos pengendalian penduduk yang akan melakukan pencegahan dini masuk warga yang tidak dikenal atau dicurigai.

"Kalau ada orang pakai cadar masuk ke sini, jangan takut untuk meminta identitasnya dan menanyakan maksudnya. Siapa tahu orang itu ternyata Santoso (pimpinan teroris Poso)," ujarnya lagi.

Mayjen Bachtiar menekankan, "Jangan beri peluang sedikit pun kepada para teroris yang membawa ajaran ISIS itu untuk masuk Poso lagi. Kita harus bekerja sama untuk menumpas mereka."

Poso memiliki peluang besar untuk maju dengan cepat seperti daerah-daerah lainnya asalkan masalah keamanan terjamin. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI