Kisah Pelarian Ikhwanul Muslimin Mesir ke Turki

Kamis, 16 April 2015 | 11:16 WIB
Kisah Pelarian Ikhwanul Muslimin Mesir ke Turki
Seorang demonstran anti mantan Presiden Mesir Hosni Mubarak dalam aksi unjuk rasa, (29/11). (Reuters/Mohamed Abd El Ghany)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
Walid Sami asik meminum teh hijau di kawasan aparteen di Turki. Dia tidak sendiri, Sami bersama 6 orang temannya yang dalam pelarian dari Mesir. Saat ini Sami berada di kawasan Fatih Istanbul.

Dia bergaya santau, tidak seperti pakaian 'pejuang Islam' lainnya. Sami megenakan celana berbahan denim biru dan jaket hijau dengan bahan yang sama. Perawakannya tinggi kurus.

"Teh Turki pahit," keluh lelaki berusia 28 tahun dan berjenggot itu.

Dalam perbincangan, Sami bercerita banak orang Mesir yang meminta nasihat kepadanya. Bahkan dia juga dinasihati untuk kembali ke Mesir.

"Ada yang bilang jika saya kembali ke Mesir, saya akan ditangkap di Bandara," kata Sami.

Sami adalah satu di antara 4.000 orang dari kelompok Ikhwanul Muslimin Mesir yang melarikan diri. Sebab pemerintah Mesir yang dipimpin Presiden Abdel Fattah el Sisi tengah mengincari kelompok Ikhwanul Muslimin yang dianggap memberontak dan anti pemerintahan.

Bahkan Ikhwanul Muslimin tengah 'ditumpas' oleh el Sisi. Pekan lalu saja pengadilan Mesir menghukum mati pimpinan Ikhwanul Muslimin. Termasuk pimpinan utamanya Mohamed Badie. Ada 37 orang yang dipenjara seumur hidup.

Di luar operasi 'penumpasan' itu, Ikhwanul Muslimin justru membangun kelompoknya sendiri di luar Mesir. Bahkan Ikhwanul Muslimin bertemu parlemen Barat, membuka stasiun berita. Mereka juga mengajukan petisi kepada pengadilan internasional agar kelompoknya diakui di Mesir.

Kembali ke Sami, di Turki dia merasa aman. Saat ini Sami sudah bekerja di Turki selama 13 jam sehari di gudang pakaian dan pembuatan kain di Turki. Sami pun tinggal bersama istri dan kedua anaknya. Teman-teman kerja dia bahkan ada yang berasal dari Suriah.

"Sebagian besar rekan kerja saya dari Suriah, mereka selalu berbicara tentang perang di sana. Mereka semua ingin lari ke Eropa, tapi saya punya keluarga, saya tidak ingin pergi ke sana, bagaimana kalau saya terbunuh di perjalanan?" cerita Sami. (thedailybeast)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI