Cerita PSK Online di Media Sosial

Kamis, 16 April 2015 | 06:05 WIB
Cerita PSK Online di Media Sosial
Ilustrasi PSK. (Shutterstocks)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
Wajah perempuan ini putih menor menggunakan bedak. Senyumnya merekah dengan rambut poni khas K-Pop.

Bibirnya menjulur ke depan seolah ingin mencium. Begitu Euis (bukan nama sebenarnya), menarik perhatian lelaki pengguna sebuah media sosial Tag**d.com.

Tidak sulit untuk menghubunginya dan akrab dengan perempuan 27 tahun itu. Begitu dichat, dia langsung merespon.

"Hi, salam kenal juga. Aku di Bogor," kata Euis.

Euis mempunyai akun di Tag**d sudah 2 tahun terakhir. Nama akunnya tidak menamakan dirinya, namun dinamai dengan sapaan perempuan di daerah asalnya Bandung, 'Neng'.

Dihubungi suara.com lewat telepon, dia bercerita sudah 6 bulan menjadi pekerja seks komersial. Dia tidak pernah menjadi PSK di rumah bordir.

"Banyak cerita teman saya. Nggak enak-enak ceritanya," kata perempuan berbadan sekel itu.

Euis hanya terdiam saat diminta menceritakannya. "Ngeri, saya nggak bisa cerita. Kayak tersiksa gitu. Udah gitu kalau dapat om, nggak enak. Nggak bisa pilih pasangan," kata dia.

Jadi Euis lebih memilih menjajakan diri lewat media sosial Tag**d.com. Tarif yang dipatok cukup tinggi, Rp2 juta sekali kencan.

"Nggak ada nawar yah," tegasnya.

Namun dalam sebulan, lelaki yang 'nyantol' tidak banyak. Sebab Euis pilih-pilih. Syaratnya lelaki itu harus mempunyai perawakan menarik dan berdompet tebal.

Euis awalnya tidak terpikir menjajakan diri di media sosial. Dia hanya senang berkenalan dengan lelaki lewat dunia maya.

"Kenalan asik, banyak teman. Tapi aku kan butuh duit untuk hidup," pungkas dia.

Bagaimana dengan keamanan 'kencan'? Euis tidak khawatir, dia tidak langsung mau diajak 'kencan' jika belum mengobrol dan bertemu beberapa kali.

"Ketemu dulu beberapa kali. Biasanya dekat Stasiun Bogor," kata dia.

Suara.com berselancar ke situs Tag**d.com. Hasilnya memang banyak akun bernama perempuan yang menjajakan diri secara terbuka. Foto-foto perempuan berpakaian seksi terhampar di laman utama setelah mendaftar dengan email.

Suara.com pun mencoba menghubungi mereka lewat menu pesan pribadi. Namun tidak kunjung dibalas. Ada yang dibalas, namun hanya sekali. Selebihnya tidak dibalas. Begitu juga beberapa nomor telepon yang dipajang, tidak diangkat oleh pemilik akun.

Pengamat Media Sosial John Muhammad mengatakan 'menjual' diri di media sosial memang efektif. Sebab pengguna bisa lebih dekat dan terhubung secara langsung.

"Media sosial memungkinkan orang tehubung secara langsung. Ini lah yang digunakan oleh pekerja seks," jelas dia.

Hanya saja banyak risiko yang akan didapatkan. Seperti tidak ada jaminan si teman kencan itu baik dan tidak ada niat untuk mencelakakan diri.

"Mungkin perlu trik. Mungkin ketemuan dulu. Atau menentukan kreteria, siapa saja yang boleh bertemu," jelas dia.

Sebelumnya ramai kasus pembunuhan Deudeuh Alfisahrin atau Deudeuh 'Tata Chubby'. Deudeuh diduga menaring lelaki hidung belang lewat media sosial. Dia dibunuh oleh teman kencannya sendiri, Muhammad Rio Santoso.

Rio sudah ditangkap Kepolisian Polda Metro Jaya. Dalam tempat kejadian ditemukan daftar buku tamu Deudeuh.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI