Ini Kekejaman Israel Pekerjakan Anak Palestina
Pebriansyah Ariefana Suara.Com
Selasa, 14 April 2015 | 12:33 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
Seorang anak Palestina bernama Fulan - bukan nama sebenarnya - bercerita mendapatkan upah rendah selama bekerja di peternakan dan perkebunan di Israel. Lelaki berusia 13 tahun itu berasal dari sebuah desa miskin di tepi baat Jericho, al-Fasayil.
Sehari, Fulan bekerja dari pukul 05.00 pagi sampai 03.00 sore. Dia mendapatkan upah 50 shekel atau sekitar USD 12,50 perhari. Tapi, itu bukan hasil bersih, upahnya harus dipotong oleh seorang perantara. Maklum, Fulan bisa bekerja berkat jasa seseorang.
"Kerja lebih baik dari sekolah. Keluarga membutuhkan saya untuk bekerja," jelas Fulan seperti yang dikisahkan Al-Jazeera.
Fulan anak pertama, dia tulang punggung dari 5 adiknya. Selain Fulan, ayahnya juga bekerja.
Human Rights Watch (HRW) mencatat Fulan adalah salah satu anak yang bekerja di Israel dengan gaji rendah dan iklim kerja yang berbahaya. Fulan tumbuh tak seperti anak-anak. Dia harus tunduk kepada aturan keras, kerja atau tidak mendapatkan uang.
Dalam laporan HRW yang berkisan soal buruh anak Palestina yang bekerja di pemukiman pertanian Israel terlihat sisi lain dari dampak perang antara Israel dan Palestina. Korbannya adalah anak-anak.
Banyak anak-anak yang rata-rata berusia 11 tahun bekerja di peternakan dengan suhu udara yang tinggi. Mereka membawa alat berat dan terpapar zat kimia berbahaya seperti pestisida.
"Dalam beberapa kasus, mereka harus membayar sendiri untuk perawatan medis, dan luka karena pekerjaan itu," kata laporan HRW.
Kemiskinan dan membutuhkan uang untuk hidup menjadi alasan. Sehingga tak banyak anak-anak di Palestina yang bersekolah. Salah satunya, tingkat kemiskinan untuk Palestina di Lembah Yordan yang mencapai 33,5 persen. Itu salah satu yang tertinggi di Tepi Barat.
"Pemukiman Israel yang mengambil keuntungan dari pelanggaran hak asasi terhadap anak-anak Palestina," kata Aktivis HAM di Timur Tengah dan Afrika Utara, Sarah Leah Whitson, direktur kelompok Timur Tengah dan Afrika Utara.
Sementara PBB memperkirakan ada 24 persen dari semua pekerja Palestina di Area C Tepi Barat, termasuk Lembah Yordan, bekerja di permukiman. Lainnya, sekitar 15 persen pekerja Palestina di permukiman itu adalah anak-anak. Mereka berusia di bawah 16 tahun.
Fakta lain, anak-anak itu disuruh bekerja tanpa istirahat sepanjang hari. Bahkan untuk ke kamar mandi sekali pun untuk buang air.
"Jika Anda duduk saat Anda sedang bekerja, pengawas akan datang dan memberitahu Anda untuk berdiri dan tidak istirahat," kata salah satu pekerja anak lainnya di sana.
Situasi kerja di sana membuat anak-anak perlahan sakit. Mereka sering mual dan pusing karena terbersentuhan dengan pestisida. Kulit mereka rusak, mata mereka perih dan sulit bernafas. Bahkan jika anak-anak ada yang sakit, panasnya sampai melbih dari 40 derajat.
BERITA TERKAIT
Turki Siap Tampung Tahanan Palestina yang Dibebaskan Israel dalam Kesepakatan Gencatan Senjata
03 Februari 2025 | 07:40 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI