Soal Pidato Megawati, Para Pengkritik Dinilai Terlanjur Antipati

Ruben Setiawan Suara.Com
Senin, 13 April 2015 | 01:30 WIB
Soal Pidato Megawati, Para Pengkritik Dinilai Terlanjur Antipati
Megawati Soekarnoputri di lokasi Kongres IV PDI Perjuangan di Sanur, Bali, Rabu (8/4/2015). [Suara.com/Bagus Santosa]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pengamat politik Fisip Universitas Airlangga Surabaya, Haryadi menilai pidato politik Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Sukarnoputri pada Kongres IV PDIP, memiliki konteks realitas faktual, bahkan secara umum pidato politik Megawati memuat bingkai ke-Indonesia-an.

"Semangat pidato Megawati adalah mendukung pemerintahan Jokowi yang dimandatkannya," ujar Haryadi dalam siaran persnya, di Jakarta, Minggu, menanggapi masih munculnya gunjingan terhadap pidato Megawati.

Adapun kritik tajam terhadap kinerja kekuasaan dan realitas politik sekarang, kata dia, adalah bentuk kepedulian Megawati.

"Inilah yang sering tak dimengerti oleh para pengritiknya. Lebih kerap Megawati dikritik melulu dengan memenggal teks pidatonya. Seakan, teks pidato Megawati itu berdiri lepas tanpa konteks," papar dosen politik FISIP Unair itu.

Menurut dia, ketika Megawati mengucapkan ada simbiosis antara kekuatan anti-partai dengan modal asing, maka ia mengilustrasikan deskripsi data kualitatifnya secara faktual.

Begitu pula, kata Haryadi, ketika ia meminta agar Presiden harus ingat janji-janjinya kepada rakyat dan taat konstitusi, maka semua berdasar konteks realitas faktual dan normatifnya.

"Jadi, alih-alih pidato Megawati dianggap penuh prasangka, tapi justru para pengritiknya lah yang berprasangka dan memang sudah anti-pati berlebih terhadap Megawati," tegas Haryadi.

Untuk sebagian, kata Haryadi, sikap anti-pati terhadap Megawati itu karena iri melihat kenyataan Megawati sukses memimpin partai politik besar dan mampu memelihara konsolidasi partainya. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI