Soal Etika Bicara, Psikolog UI: Pak Ahok "Please, Ojo Ngono"
Minggu, 12 April 2015 | 06:27 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
"Balik lagi ke Pak Ahok, ojo ngono. Kita ini orang Jawa. Kita ini orang Indonesia. Sopan santun harus tetap lah, ya. Pak Ahok, please (harus dijaga kalau berbicara). Bagaimana pun, gak berarti omongannya itu buruk. Tapi perkataan yang kayak toilet itu tidak (seharusnya) keluar," ujar Dewi, di sela sebuah diskusi di bilangan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (11/4/2015).
Dewi mengakui, setelah Ahok memimpin, di Jakarta banyak terjadi perubahan yang cukup signifikan. Hanya saja, dia turut menyayangkan etika Gubernur DKI itu yang dinilai tidak pantas, yang justru akan menurunkan penilaiannya di mata masyarakat.
"Kebaikan Pak Ahok akan turun dengan (etika) seperti itu. Sayang kan? Balik lagi, mungkin Pak Ahok perlu juru bicara atau penasehat komunikasinya beliau. Cari orang psikologi yang bisa menurunkan tensinya beliau, sehingga ketika menghadapi pers maupun DPRD, dia sudah cool menghadapi itu," beber Dewi.
Dalam hal perkataan di hadapan wartawan, Dewi menilai bahwa di belahan dunia mana pun, tidak ada seorang politisi maupun pejabat publik yang pantas mengeluarkan kata-kata kasar seperti yang lazim dilakukan Ahok.
"Bagaimana pun, di belahan dunia ini, seorang politisi tidak boleh mengeluarkan kata-kata yang tidak wajar. Apalagi di TV, di media. Itu adalah sesuatu yang tidak pantas," jelas Dewi.
"Mungkin tolong, dengan kebaikan Pak Ahok yang sudah membangun Jakarta, tolonglah mengatur pola pembicaraannya. Agar masyarakat lebih damai. Karena orang Indonesia kan (dari) berbagai suku bangsa. Mereka gak suka kegaduhan. Gitu aja," tambahnya.
BERITA TERKAIT
Nama Jokowi Disoraki 'Huuu' saat Sertijab Gubernur DKI Jakarta Jadi Sorotan, Anies-Ahok Dapat Tepuk Tangan
21 Februari 2025 | 07:02 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI
News | 07:16 WIB
News | 07:05 WIB
News | 06:35 WIB
News | 06:00 WIB
News | 05:49 WIB