Politisi PDIP: Ketum Parpol yang Terpenting Cara Komunikasinya

Sabtu, 11 April 2015 | 17:52 WIB
Politisi PDIP:  Ketum Parpol yang Terpenting Cara Komunikasinya
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri saat menyampaikan pidato pembukaan Kongres IV PDI Perjuangan di Bali, Kamis (9/4/2015). [suara.com/Bagus Santosa]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
Politisi PDIP, Hamid Basyaid, mengapresiasi pidato Megawati Soekarnoputri dalam Kongres IV PDIP di kawasan Sanur, Bali. Menurutnya, apa yang ditunjukkan oleh Ketua Umum-nya tersebut sudah menggambarkan bahwa ada pesan yang jelas bagi masyarakat. Pasalnya, seorang Ketum menurutnya memang harus bisa memberikan pesan yang jelas kepada rakyat dalam setiap pidatonya.

"Pidato Ibu Mega kemarin itu menurut saya sangat penting. Meskipun banyak orang melihat tidak biasanya karena memakai teks, tetapi itu justru hal yang penting, karena memang harus memberi pesan yang jelas kepada rakyat. Partai politik itu adalah agregasi kepentingan, dan tugasnya adalah mengumpulkan kepentingan rakyat," papar Hamid, dalam acara diskusi di Gado-Gado Boplo, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (11/4/2015).

Sebaliknya, Hamid pun mengaku prihatin dengan beberapa ketua umum partai politik yang dalam pidatonya tidak memberikan pesan yang jelas kepada rakyat. Menurutnya, berbicara undang-undang (UU) dalam pidato semacam kongres atau musyawarah nasional adalah bukan porsi seorang ketua umum. Yang perlu ditampilkan oleh seorang ketua umum menurutnya adalah ide dan bagaimana caranya berkomunikasi.

"Saya prihatin dengan banyak ketua umum parpol yang justru menyia-nyiakan kesempatan itu. Karena yang disampaikan terlalu legal formalistik, bicara undang-undang. Itu bukan porsinya ketua umum. Yang penting adalah idenya dan cara berkomunikasinya," ujar Hamid.

Seperti diketahui, setelah terpilih kembali sebagai Ketua Umum PDIP secara aklamasi, Megawati Soekarnoputri dalam pidatonya menyampaikan banyak hal. Namun banyak juga yang mengkritik bahwa isi pidato tersebut lebih merupakan ide-ide ayahnya, mendiang Soekarno, yang memang banyak memihak kepada rakyat, dengan membicarakan realitas dan bukan undang-undang.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI