Suara.com - Pimpinan Redaksi Harian Kedaulatan Rakyat (KR) Octo Lampito, Senin (6/4/2015), didemo massa yang mengatasnamakan Gerakan Anti Korupsi Yogyakarta, kemudian diadukan ke Dewan Pers. Mereka menilai selama bulan Maret 2015, KR tak independen dalam memberitakan kasus dugaan korupsi dana hibah Persiba Bantul dengan tersangka Idham Samawi, mantan Bupati Bantul.
"Ada 13 kali pemberitaan KR di bulan Maret yang kami pandang tidak proporsional, Kami akan melaporkan ke Dewan Pers pelanggaran kode etik jurnalistik supaya dewan pers memberi penilaian," kata Koordinator Gerakan Anti Korupsi Yogyakarta, Tri Wahyu.
Tri Wahyu menduga KR melanggar kode etik etik jurnalistik, terutama pasal 1 tentang wartawan Indonesia harus bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, dan berimbang.
Selain melaporkan ke Dawan Pers, Gerakan Anti Korupsi Yogyakarta juga akan menginformasikan kasus dugaan korupsi ke KPK karena mereka menilai ada kemungkinan kejaksaan ikut-ikutan tak independen dalam menangani kasus.
"Kami juga akan melaporkan situasi ini ke KPK karena ada kemungkinan kuat kalau kejaksaan bermain - main dalam kasus korupsi dana hibah Persiba, kami juga meminta agar pimpinan KPK mengambil alih kasus ini," kata Tri Wahyu.
Secara terpisah, Octo mengatakan demonstrasi tersebut telah menciderai kebebasan pers.
"Yang jelas ini menciderai kebebasan pers, jadi mending suratin aja ke kita, diskusi bersama kita, kita akan terbuka kok, kita juga gak punya tim khusus untuk liputan kasus Idham kok," kata Octo Lampito di kantor KR.
Octo menyayangkan laporan ke Dewan Pers karena KR berharap ada diskusi dan laporan keberatan kepada KR terlebih dahulu.
Octo menegaskan seluruh berita yang dimuat KR sudah berimbang dan dibuat dengan standar jurnalistik.
Ia menolak jika berita di kantornya terkait kasus dugaan korupsi dana hibah Persiba merupakan berita pesanan.
Kendati demikian, ia mengaku sudah siap diperiksa Dewan Pers.
"Kalau mereka ke Dewan Pers silakan, kami siap menghadapi dewan pers," kata Octo.
KR sendiri merupakan salah satu koran tertua di Indonesia yang lahir pada tahun 1946. Kantor mereka di Yogyakarta. (Wita Ayodhyaputri)