Pakar UIN: Ada Dua Sumber Jaringan Teroris di Indonesia

Siswanto Suara.Com
Minggu, 05 April 2015 | 13:45 WIB
Pakar UIN: Ada Dua Sumber Jaringan Teroris di Indonesia
Personil Densus 88 Antiteror Mabes Polri mengawal petugas yang membawa barang bukti usai menggeledah rumah Tuah Febriwansyah yang diduga terlibat dalam ISIS di Setu, Tangerang Selatan, Banten, Minggu (22/3). (Antara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pakar terorisme dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Akhmad Muzakki menegaskan ada dua sumber jaringan teroris di Indonesia.

"Kelompok yang frustasi dengan keadaan (hopeless) dan kelompok yang mengalami migrasi Indonesia-Malaysia (TKI)," katanya di Surabaya, Minggu (5/4/2015).

Oleh karena itu, Muzakki yang juga Sekretaris Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur menilai, kedua sumber teroris tersebut menyebabkan ada tiga tipe kelompok radikal di Indonesia.

"Tiga tipe dimaksud adalah genealogi, ideologi patronase, dan ideologi etnis," kata Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel Surabaya.

Menurut alumnus master dan doktor di Australian National University tipe genealogi berkaitan dengan pemain lama, seperti Ustadz Rasyid Ridho yang merupakan putra Abubakar Baasyir sebagai kelompok hubungan Indonesia-Malaysia.

Tipe genealogi itu, kata dia, mungkin saja tersebar di kawasan yang memiliki persaingan cukup ketat, seperti Jakarta dan Surabaya.

"Kalau mengalami hopeless, lalu terpengaruh dengan tawaran kerja menjadi TKW atau TKI, maka kepulangannya bisa membawa ajaran radikal dengan tipe genealogi," katanya.

Untuk tipe ideologi patronase, katanya, berkaitan dengan hubungan guru-murid, seperti terduga gerakan yang menamakan diri Negara Islam Irak dan Suriah di Dau Malang melibatkan Ustadz Romli yang murid Ustadz Rasyid Ridho.

Sementara itu, katanya, tipe ideologi etnis berkaitan etnis Arab yang kebetulan dalam satu kelompok Al-Irsyad, seperti terduga ISIS yang baru saja ditangkap di Malang.

"Penangkapan paling akhir di Jatim itu terkait dengan tipe terakhir, yakni tipe ideologi etnis yang memiliki jaringan dengan kelompok Al-Irsyad," katanya.

Dalam tataran pergaulan kehidupan, ia menilai, kelompok Al-Irsyad di Indonesia itu ada dua golongan, yakni golongan yang terbuka dan dekat dengan tokoh-tokoh Indonesia, karena itu Al-Irsyad dalam golongan itu tidak radikal.

Namun, ia mengemukakan pula ada kelompok Al-Irsyad yang merupakan golongan yang menutup diri dan dekat dengan tokoh-tokoh di Timur Tengah.

"Inilah yang radikal," kata guru besar termuda di UIN Sunan Ampel Surabaya.

Hal itu, menurut dia, menunjukkan bahwa semua sumber jaringan teroris itu berasal dari luar Indonesia. "Artinya, jaringan teroris yang mengakar di Indonesia itu tidak ada, karena semuanya impor," katanya.

Pada 25 Maret 2015 Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri bersama tim Polda Jatim menangkap tiga terduga anggota ISIS di Malang, yakni Abdul Hakim, Helmi Muhammad Alamudi dan Ahmad Junaedi.

Dua hari kemudian, Tim Densus 88 bersama tim Polda Jatim mengembangkan kelompok Malang dengan menangkap satu lagi terduga anggota ISIS di Tulungagung, yakni RS. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI