Suara.com - Biro Penyidik Federal Amerika Serikat (FBI) di Washington, hari Rabu (1/4/2015) waktu setempat, memastikan bahwa Zulkifli bin Hir alias Marwan, orang yang diduga kuat terlibat serangan Bom Bali tahun 2002, terbunuh dalam sebuah serangan di Filipina, bulan Januari lalu. Kepastian tersebut didapat setelah FBI menganalisis DNA dari potongan jari salah satu korban serangan.
Seorang narasumber di FBI menyatakan potongan jari tersebut diambil tentara Filipina dari jasad Marwan yang tewas tertembak dalam serangan tersebut. Potongan jari tersebut kemudian dibawa ke AS untuk dianalisis. Agen FBI lalu membandingkan DNA jari tersebut dengan DNA saudara kandung Marwan dan menemukan kecocokan.
Yang diterima FBI memang hanya potongan jari, bukan jenazah utuh. Pasalnya, tentara Filipina tidak punya banyak kesempatan untuk membawa jenazah Marwan lantaran kekacauan di lokasi penyerbuan. Sedikitnya 44 anggota komando polisi tewas dalam pertempuran dengan pemberontak.
FBI mengatakan, Marwan adalah "salah satu teroris yang paling dicari". Marwan, menurut FBI, adalah lelaki asal Malaysia yang disinyalir anggota Jemaah Islamiah, kelompok yang berafiliasi dengan Al Qaeda. Dirinya diduga menjadi dalam sejumlah serangan bom di Filipina.
Asisten Direktur FBI Kantor Los Angeles, David Bowdich, mengatakan bahwa pihaknya sudah mencoret Marwan dari daftar hitam teroris mereka dan berterimakasih kepada Kepolisian Filipina.
"Sekali lagi, FBI menyatakan belasungkawa mendalam bagi para perwira Pasukan Aksi Khusus Filipina yang gugur saat mencoba menangkap buronan berbahaya ini," kata Bowdich.
Sebelumnya, Departemen Luar Negeri AS menawarkan imbalan sebesar 5 juta Dolar bagi siapapun yang bisa menangkap Marwan. Tiga tahun yang lalu, militer Filipina melaporkan bahwa Marwan terbunuh di dalam serangan udara. Namun, tahun lalu, dirinya diberitakan masih hidup dan berada di Pulau Mindanao, di bawah perlindungan kelompok Front Pembebasan Islam Moro. (Reuters)