Suara.com - Kelompok Islam garis keras, Al Shabaab membantai 147 orang di Universitas College of Garissa, Kenya. Namun pemerintah Kenya menyatakan negaranya masih aman untuk turin.
Hal itu disampaikan Presiden Uhuru Kenyatta yang menjawab kekhawatiran Inggris terhadap warga negaranya. Kenyatta menyatakan negaranya aman untuk para turis.
Hari ini Inggris memperketat penjagaan di kedutaan besarnya di Kenya. Dia memperingatkan wisatawannya membatasi perjalanan yang tidak penting ke Kenya. Pekan lalu pemerintah Australia juga menyerukan hal yang sama.
Namun Sekertaris Kabinet Kenya, Joseph Nkaissery menyatakan itu anggapan yang salah. Kata dia Kenya aman.
Kenya merupakan negara yang sangat besar mengandalkan sektor pariwisatanya untuk menopang perekonomian. Bahkan tahun 2014, pendapatan sektor pariwisata mencapai 11 persen dari pendapatan negara.
Sebelumnya aksi pembantaian itu berpelaku empat orang. Sambil menggunakan topeng, mereka langsung melempar granat dan menembakkan senjata otomatis ke arah para mahasiswa, begitu memasuki kampus.
"Dikonfirmasi sejauh ini ada 147 korban tewas," kata otoritas Kenya, seperti dikutip dari laman theaustralian.com.au, Jumat (3/4/2015).
Otoritas itu memastikan bahwa saat ini teror telah berakhir. Seluruh teroris tewas ditembak. "Insiden ini berlangsung selama 16 jam. Para pelaku telah kami tembak mati," lanjut otoritas tersebut.
"Insiden ini kami akhiri dengan cara menyerbu masuk ke dalam kampus. Para pelaku sempat bersembunyi di asrama mahasiswa. Tapi berhasil ditemukan dan kami tembak mati," jelasnya.
Serangan ini menjadi yang terburuk di Kenya setelah insiden 1998 di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Nairobi oleh Al Qaeda. Kala itu, sebanyak 213 orang tewas dibantai. (qz/Reuters)