Suara.com - Batu giok seberat 20 ton yang ditemukan warga di kawasan hutan lindung, Beutong Ateuh, Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh, ternyata lebih banyak mengandung koral.
"Cuma ada sekitar 200 kilogram yang bagusnya, yang punya tali air," kata Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Nagan Raya, Samsul Kamal, saat dihubungi suara.com, Rabu (1/4/2015) dari Banda Aceh.
Batu seberat 20 ton tersebut mempunyai tiga lapisan, yakni kulit, koral, dan tali air. Bagian tali air atau yang memiliki kandungan giok super mempunyai lebar 25 sentimeter dan panjang dua meter. Tali air tersebut terdapat 40 sentimeter di dalam lapisan koral yang membalut batu.
"Yang ada-ada tali airnya udah kita pisahkan. Kita bawa ke gudang penyimpanan di rumah Ketua DPRK tempat kita menyimpan yang lima ton sebelumnya," kata dia.
Banyaknya koral atas batu 20 ton itu, kata dia, diketahui setelah proses pembelahan dan pengamanan lima ton beberapa waktu setelah ditemukan. Dari jumlah yang diturunkan itu, kata dia, batu yang memiliki unsur tali air hanya sedikit.
"Dari lima ton yang kita bawa turun itu, cuma sedikit yang punya tali air. Lain memang koral semua," katanya.
Menurut Samsul proses pembelahan batu sudah dihentikan sejak 6 Maret 2015. Hal itu dilakukan untuk memperkecil biaya yang selama ini telah berjalan. Tapi ketika ditanya berapa jumlah biaya yang telah dikeluarkan? Samsul mengatakan upah angkut dari lokasi menuju pos pengangkutan oleh kendaraan yakni sebesar Rp10 ribu per kilogram.
"Kalau semuanya itu belum kita rekap, berapa banyak habis biaya kita belum tau. Tapi ya lumanyanlah," katanya.
Seperti diketahui, penemuan giok 20 ton sempat membuat warga sekitar heboh. Bahkan, antar desa di kawasan itu saling berebut untuk mendapatnya.
Untuk menghindari pertikaian antar warga, Pemkab Nagan Raya akhirnya memutuskan untuk membelah batu giok 20 ton. Batu dipotong dengan menggunakan enam mesin serta melibatkan puluhan warga setempat. Proses pembelahan sudah dilakukan sejak hari Sabtu, 21 Februari lalu. [Alfiansyah Ocxie]