Terungkap, Teriakan Terakhir Pilot Germanwings Sebelum Jatuh

Ruben Setiawan Suara.Com
Senin, 30 Maret 2015 | 06:47 WIB
Terungkap, Teriakan Terakhir Pilot Germanwings Sebelum Jatuh
Kopilot Germanwings Andreas Lubitz. (Reuters/Team Mueller)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Percakapan di ruangan kokpit pesawat Germanwings 9525 yang berhasil terekam cockpit voice recorder (CVR) mengungkap sesuatu yang mengerikan. Dalam rekaman itu terdengar jelas teriakan pilot Germanwings dan penumpang sebelum pesawat rute Bercelona-Duesseldorf itu terhempas dan hancur berkeping-keping di Pegunungan Alpen.

Berdasarkan transkrip pembicaraan kokpit yang dirilis Minggu (29/3/2015), kapten pesawat, Patrick Sondheimer berteriak, "Buka pintu sialan ini!" saat kopilot Andreas Lubitz dengan sengaja menabrakkan pesawatnya ke Pegunungan Alpen.

Lubitz diyakini sengaja mengunci pintu kokpit dan tak mengizinkan sang pilot masuk setelah pergi ke toilet, atas bujukan Lubitz pula.

Transkrip yang diungkap oleh surat kabar Jerman, Bild, diawali dengan permintaan maaf kapten Sonheimer atas keterlambatan jadwal terbang selama 26 menit di Barcelona. Sang kapten berjanji tidak akan terlambat sampai di Duesseldorf.

Dua puluh menit berikutnya, Sondheimer bertukar tempat dengan kopilot Andreas Lubitz. Lubitz mengatakan kepada Sondheimer bahwa ia boleh pergi ke toilet kapan saja ia inginkan dan dirinya yang akan memegang kendali pesawat.

Pada pukul 10.27, pesawat mencapai ketinggian 38.000 kaki atau 11,5 kilometer. Sang kapten pilot meminta kopilot untuk mempersiapkan pendaratan di Duesseldorf.

Para jaksa Prancis yang menyelidiki rekaman tersebut mengatakan, jawaban Lubitz atas permintaan sang kapten amatlah "singkat". Lubitz menggunakan kata-kata seperti "mudah-mudahan" atau "lihat saja nanti".

Setelah melakukan persiapan untuk pendaratan, Lubitz mengatakan kepada Sondheimer lagi, "Kau bisa pergi sekarang (ke toilet)".

Dua menit kemudian, Sondheimer mengatakan kepada Lubitz, "Kau bisa mengambil alih (kendali)".

Kemudian terdengar suara kursi yang ditarik ke belakang dan suara pintu terbuka.

Pada 10.29, radar penerbangan memantau pesawat mengurangi ketinggian.

Pada 10.30, pesawat turun 316 kaki (96 meter), dan semenit kemudian pesawat turun 1.800 kaki (548 meter).

Pada 10.32, pengendali lalu lintas udara mencoba menghubungi pesawat, namun tidak mendapat jawaban.

Di dalam pesawat, sinyal alarm otomatis "Sink Rate" berbunyi.

Tak beberapa lama kemudian, terdengar suara dentuman keras, seperti ada seseorang yang mencoba masuk kokpit.

"Demi Tuhan, buka pintunya!" kata Sondheimer.

Terdengar pula teriakan para penumpang.

Pada 10.35, suara keras di pintu kokpit kembali terdengar. Ketika itu, pesawat berada pada ketinggian 7.000 kaki (2,1 kilometer).

Sembilan puluh detik kemudian terdengar peringatan, "Daratan! Naik! Naik!".

Terdengar pula suara pilot Sondheimer berteriak,"Buka pintu sialan ini!".

Pada 10.38, dengan kecepatan tinggi, pesawat menukik ke Pegunungan Alpen. Suara tarikan nafas Lubitz terdengar namun tidak ada kata-kata yang keluar dari si kopilot.

Pada 10.40 pesawat menghantam tebing pegunungan, dimulai dari sayap terlebih dahulu. Suara yang terdengar belakangan hanyalah teriakan para penumpang.

Para penyidik menduga, Sondheimer sempat menggunakan sebuah linggis untuk mendobrak pintu kokpit pesawat, namun tak berhasil karena pesawat terlebih dahulu menabrak gunung.

Sebelumnya, Bild melaporkan bahwa Sondheimer berupaya menggunakan kapak. Juru bicara Germanwings membenarkan bahwa alat semacam itu ada di dalam pesawat.

Namun, satu-satunya kapak hanya ada di dalam kokpit, yang artinya kapak itu tak mungkin diambil sang kapten yang ada di luar kokpit.

Lubitz, menurut pengakuan sang mantan kekasih, Maria W, pernah menjalani perawatan untuk masalah penglihatan. Lubitz khawatir, masalah penglihatan yang ia derita bisa membuat kariernya sebagai penerbang berakhir. (Dailymail)

REKOMENDASI

TERKINI