Di Daerah Ini, Demam Batu Akik Dipuji Atasi Pengangguran

Senin, 30 Maret 2015 | 03:40 WIB
Di Daerah Ini, Demam Batu Akik Dipuji Atasi Pengangguran
Batu akik. (suara.com/Erick Tanjung)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kerajinan batu akik di Kabupaten Lebak, Banten, selama ini dinilai telah dapat mengatasi pengangguran. Lantaran itu pula, tren usaha ini dianggap bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi masyarakat di daerah itu.

"Kami sudah tiga bulan menggeluti usaha ini, dan bisa mencukupi ekonomi keluarga sehari-hari," kata Budiman, seorang perajin batu akik warga Desa Cikatapis, Kecamatan Kalanganyar, Kabupaten Lebak, Minggu (29/3/2015).

Selama ini, menurut Budiman, penghasilan kerajinan batu akik cukup lumayan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Tak terkecuali biaya pendidikan anaknya yang kini kuliah di Universitas Dipenogoro, Semarang, Jawa Tengah.

Meskipun anaknya itu kuliah gratis karena mendapat program Bidik Misi dari pemerintah, namun Budiman lega bisa membantu juga untuk biaya keperluan lainnya. Padahal sebelumnya, dirinya mengaku bingung lantaran usaha buruh bangunan tidak menentu. Terkadang keluarganya menurutnya bisa makan jika ada pekerjaan, tetapi sebaliknya bila menganggur justru harus kesulitan.

Namun akhirnya, peluang usaha didapatnya setelah masyarakat belakangan dilanda demam batu akik. Saking ramainya usaha itu, hampir di sepanjang jalan protokol di Rangkasbitung bisa ditemukan usaha kerajinan batu akik, lantaran permintaan pasar yang relatif tinggi.

Makanya menurut Budiman, dirinya lantas coba menggeluti usaha kerajinan batu akik tersebut. Apalagi dengan banyaknya permintaan pasar, maupun pesanan dari berbagai daerah mulai dari Provinsi Banten hinggga Jakarta. Dirinya bahkan sempat merasa kewalahan melayani permintaan batu tersebut.

"Kami terbantu dengan usaha ini, dan pendapatan antara Rp1,5 sampai Rp2 juta per hari," kata Budiman, saat ditemui di Jalan Lingkar Selatan Rangkasbitung.

Budiman mengatakan, dirinya tidak menyangka demam batu akik di masyarakat itu ternyata bisa pula menyerap lapangan pekerjaan. Saat ini, dirinya sendiri menurut Budiman, bisa mempekerjakan sebanyak tiga orang dengan gaji sebesar Rp100 ribu per orang.

"Kami menjual batu akik dari harga Rp100 ribu sampai Rp20 juta, tergantung kualitasnya," katanya pula.

Japar, seorang perajin warga Rangkasbitung, juga mengakui dirinya dan keluarga terbantu secara ekonomi, dari hasil kerajinan batu permata Kalimaya. Sebelumnya, Japar mengaku bekerja di Jakarta sebagai pedagang kaki lima. Namun kini seiring demam batu yang terjadi di hampir semua daerah di Tanah Air, dia pun memilih menggeluti usaha itu.

Menurut Japar, harga pasaran Kalimaya black opal atau opal hitam cukup mahal, serta termasuk yang diburu pencinta batu permata maupun kolektor domestik dan mancanegara. Saat ini menurutnya pula, harga permata Kalimaya opal hitam bervariasi dan tergantung warnanya, berkisar mulai dari Rp300.000 sampai Rp50 juta.

"Kami membuka usaha ini hampir setahun lebih, dan bisa menyerap tenaga kerja hingga puluhan orang," katanya.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lebak, Wawan Ruswandi, pun mengatakan bahwa saat ini kerajinan batu akik maupun permata Kalimaya di daerah tersebut, sudah bisa menyerap lapangan pekerjaan hingga ribuan orang. Makanya menurutnya, Pemkab Lebak pun terus mendorong tumbuhnya usaha kerajinan batu akik ini, karena dinilai dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat. [Antara]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI