Gara-gara Bahasa "Toilet," Tes Psikologi Ahok di KPUD Diragukan

Minggu, 29 Maret 2015 | 12:00 WIB
Gara-gara Bahasa "Toilet," Tes Psikologi Ahok di KPUD Diragukan
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok di Pintu Air Karet, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Sabtu,(21/2). [suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
Sekelompok warga yang mengatasnamakan Masyarakat Cabut Mandat Gubernur DKI Jakarta melakukan aksi untuk memprotes kepemimpinan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama Basuki (Ahok) di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Minggu (29/3/2015).

Menurut pengamatan suara.com, dalam aksi, mereka membawa spanduk dan poster bertuliskan "Say No To Ahok" dan "Mulut Ahok Bau Toilet." Mereka juga menggalang tanda tangan untuk dukungan mencabut cabut mandat Ahok.

Koordinator ormas yang mengatasnamakan Jaringan Pemuda Penggerak, Gea Hermansyah, mengatakan aksi ini sebagai wujud kekecewaan atas tutur kata Ahok di ruang publik yang menurut mereka kelewat kasar. Misalnya, beberapa waktu lalu di salah satu televisi swasta, Ahok menyebut bahasa "toilet" berkali-kali ketika disinggung soal tudingan hendak mencoba menyuap pimpinan DPRD.

"Kami meminta agar Ahok menjaga perkataannya di publik. Menurut kami tidak mau punya pemimpin yang berkata kotor, seperti dia bilang tai, anjing dan lainnya," kata Gea.

Menurut Gea perilaku Ahok juga bisa berdampak negatif terhadap anak-anak. Sebab, kata dia, hal itu bisa saja ditiru.

"Kata-kata kotor Ahok di TV itu merusak anak-anak kami," katanya.

Atas perilaku negatif Ahok selama ini, Gea jadi ragu dengan hasil tes kesehatan dan psikologi yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah DKI Jakarta dua tahun lalu. Itu sebabnya, ia minta KPUD membuka hasil tes terhadap Ahok.

"Setiap pemimpin, pejabat kan harus psikologi. Jangan-jangan tes psikologi Akok bermasalah. Kami meminta KPU DKI agar menunjukkan hasil tes kesehatan, psikologi Ahok kepada publik," katanya.

Tapi, Gea mengakui bahwa warga Jakarta membutuhkan seorang pemimpin yang jujur dan tegas.

"Ucapan Ahok sering memprovokasi masyarakat, apalagi yang anti Ahok. Betul kami butuh pemimpin yang jujur, berani. Tetapi juga harus santun, bermoral dan bukan pemimpin yang bar-bar," katanya.

Jumat (20/3/2015), Ahok sudah meminta maaf kepada kalangan yang tersinggung oleh perkataan kasarnya di media massa.

Bahasa toilet terlontar beberapa kali ketika menanggapi pertanyaan penyiar TV mengenai tuduhan yang mengatakan Ahok mencoba menyuap Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi senilai Rp12,7 triliun.

"Kalau orang yang merasa tersinggung, atau merasa tidak suka perkataan saya membawa 'bahasa toilet', ya saya minta maaf," kata Basuki di Balai Kota.

Walau meminta maaf, Ahok mengaku tak menyesali pernyataannya. Ia mengaku sudah pusing dengan situasi yang ada.

"Oknum pejabat nyolong uang gila-gilaan dan dengan santun pakai gaya bahasa agama, kamu muak enggak kira-kira? Nah, itu ungkapan perasaan saya yang sudah enggak tahan," ujar Ahok.
 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI