Ini Aksi Abraham Samad Setelah Dicopot dari KPK

Esti Utami Suara.Com
Minggu, 29 Maret 2015 | 06:14 WIB
Ini Aksi Abraham Samad Setelah Dicopot dari KPK
Abraham Samad dan Bambang Widjojanto [suara.com/Bernard Chaniago]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dicopot dari jabatan sebagai Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tak menyurutkan semangat Abraham Samad mengampanyaken gerakan antikorupsi.  Samad menjadi 'tamu kehormatan' dalam festival Anti Korupsi yang digagas Masyarakat Anti Korupsi (Mars) Sulawesi Selatan di Benteng Rotterdam, Makassar, Sabtu (28/3/2015) malam.

Juga hadir dalam kesempatan itu, Koordinator Nasional Save KPK Dadang Trisasongko, Budayawan yang juga mantan anggota DPR RI Asmin Amin, dari akademisi, Alwi Rahman dan Prof Kasim Mahtar serta ribuan orang pegiat antikorupsi lainnya.

Pada kesempatan itu Abraham Samad didaulat membacakan puisi terkait persoalan korupsi, sementara undangan lainnya membacakan testimoni termasuk pimpinan KPK lainnya Bambang Widjojanto yang berhalangan hadir melalui rekaman.

"Penguasa menggunakan melakukan tindakan hegemoni untuk menguasai peri-kehidupan kemasyarakatan yang ditopang kekuasaan parlemen. Sikap dan perilaku korupsi dinikmati rezim penguasa dan sebagian rakyat," kata Bambang dalam rekaman testimoni.

Dia kembali melanjutkan "Korupsi direkayasa secara sosial. Korupsi seakan penggerak pembangunan. Tidak boleh ada penegakan hukum tanpa proses peradilan yang adil. Harus disingkirkan karena ia tidak boleh hadir," ucapnya.

Sementara Dadang Trisasongko dalam testimoninya mengatakan betapa mengakarnya praktek suap di Indonesia. Apapun produk hukum di Indonesia 30 persen diserahkan ke komponen penegak hukum.

"Kalau anak muda masih memilih yang korup, maka silahkan menjadi korban. Kalau penegak hukumnya korup yang lainnya akan ikutan korup. Saat KPK bekerja serius maka akan ada perlawanan," paparnya.

Apa yang terjadi di KPK, lanjutnya, itu salah satu indikasi bahwa KPK bekerja tepat dan masuk ke jantung KPK.

"AS dan BW adalah sasaran kriminalisasi. Orang boleh saja dipenjara tapi rakyat tidak bisa dipenjara," ujarnya.

Sedangkan Prof Kasim Mahtar dalam testimoninya mengatakan, ada kaitannya gelap dengan masa datang yang gelap, hanya yang bersih sanggup bicara tentang korupsi. Untuk berdiri dan melawan koruptor harus ada keberanian.

"Hanya yang bersih dan berani dapat melawan korupsi. Orang luar biasa pula yang dipercaya memberantas korupsi yang terletak pada kebersihan dan keberanian. Kita bisa bersih tapi kalo diam, korupsi akan menginjak-injak kita," tegasnya.

Ia juga menyebut yang terindikasi dan sedang melakukan korupsi selalu mengalihkan pemberantasan korupsi di luar pemberantasan korupsi. Setiap KPK masuk, KPK dikriminalisasi dan terjadilah hiruk pikuk.

"KPK berhadapan dengan bandit koruptor dengan pistol yang sudah siap di tangan. Tak ada gunanya KPK hadapi koruptor kalau bukan singa tapi hanya kucing," tambahnya.

Pembacaan petisi juga disampaikan melalui Direktur LSM Anti Corupption Committe Abdul Muthalib dengan menyinggung pelemahan lembaga anti rasuah itu.

"Mendukung penuh pemberantasan korupsi dan meminta presiden tidak memberikan remisi bagi para koruptor, revisi KUHAP dan KUHP serta menghentikan kriminalisasi pejabat dan penyidik KPK, dan mendukung pelaksaaan UU Minerba," ujarnya.

Pada puncak kegiatan festival anti korupsi yang dipusatkan di tempat cagar budaya tersebut menghadirkan teater, orasi ilmiah dan budaya, dan musik akustik. Kemudian pementasan Robi Navicula, pekerja seni se Makassar serta komunitas juru parkir dan sejumlah permainan serta simbol penguatan KPK. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI