Suara.com - Kepolisian Daerah Jawa Timur kesulitan mendeteksi keberadaan jaringan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di wilayahnya karena pola perekrutan dan penyebaran jejaring yang tertutup.
Kapolda Jawa Timur, Irjen Pol Anas Yusuf mengatakan, meski telah melakukan pengamatan, pemantauan dan pengamanan di seluruh wilayah, dengan pola yang tertutup ini, jaringan ISIS bisa menyebar dengan cepat.
Contohnya adalah jaringan ISIS di Malang, serta perekrutan 16 WNI yang 10 diantaranya merupakan warga Jawa Timur dan dinyatakan hilang di Turki sejak tanggal 23 Februari 2015.
"Seluruh wilayah sudah kami pantau dan amati. Gerakan mereka yang tertutup membuat kepolisian kesulitan mengendus keberadaan jaringan ISIS. Kasus di Malang dan 10 warga Jatim yang hilang di Turki adalah buktinya," ujar Anas, Kamis (26/3/2015).
Sementara itu, untuk pengusutan dan pendalaman soal jaringan ISIS di Malang, Anas menjelaskan, kalau tim dari Polda Jawa Timur akan membantu kinerja tim Mabes Polri. Seluruh keterangan tentang jaringan ISIS di Malang akan diberikan langsung oleh Mabes Polri.
Menurut rencana, Anas Yusuf akan menuju ke Malang bersama dengan tim Mabes Polri pasca penangkapan dua orang terduga donator jejaring ISIS.
Seperti diberitakan, Tim Datasemen Khusus 88 Anti Teror Polri menangkap dua orang yang diduga terlibat kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Malang, Jawa Timur, Rabu (25/3/2015).
Lelaki yang ditangkap itu bernama Helmi Alamudi (51) yang tinggal di Jalan Soputan 2 RT 01 RW 01 Kelurahan Karang Besuki, kecamatan Sukun, Malang dan dan Abdul Hakim Munabari (46) yang diketahui baru pulang dari Suriah.
Helmi diduga sebagai penyandang dana yang memberangkatkan sejumlah anggota kelompok ekstrem Jawa Timur ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS.
Helmi disebut sebagai jejaring kelompok Salim Mubarok dan abu Jandal, salah satu pimpinan ISIS di Suriah yang sempat menantang Panglima TNI Jenderal Moeldoko beberapa waktu lalu melalui video di Youtube beberapa waktu lalu.