Suara.com - Brigadir Kepala Safrizal, anggota Polisi Air Polda Aceh, tak pernah menyangka mimpinya menjadi kenyataan. Ia berhasil menemukan batu mustika bernama mani gajah yang harganya mencapai miliaran rupiah.
Dikatakan Safrizal, menurut perbicangan dengan beberapa kolektor, batu yang ia temukan merupakan batu fosil yang sudah memiliki usia lebih dari 900 tahun. Batu kristal berwarna kekuningan dan sedikit bening ini, konon terbentuk dari sperma atau mani raja gajah yang terpendam di dalam perut bumi. Itu sebabnya dinamakan mustika mani gajah.
"Kalau yang saya tahu dan info dari kawan-kawan. Batu kristal ini hasil endapan mani gajah-raja gajah-yang sudah ratusan tahun di muka bumi. Mani raja gajah itu jatuh saat berhubungan, lalu mengendap dan menjadi kristal," kata Safrizal saat menunjukkan hasil temuannya di Banda Aceh, Rabu (25/3/15).
Batu mani gajah milik Safrizal mempunyai berat 22,2 gram. Sebelum mendapatkannya, kata Safrizal, ia mengalami dua kali mimpi.
Menurut Safrizal, seminggu setelah ditemukan, batunya ia pakai untuk kalung. Tapi lama-lama, ia merasakan sesuatu yang tak biasa.
"Dalam seminggu itu, saya lihat teman-teman pada baik semua. Seperti ada sesuatu yang lain. Terus ada pengalaman juga yang tak pernah terjadi sebelumnya, saya mendapat sebuah kebanggaan karena diajak makan malam oleh Direktur Reskrim Polda Aceh. Sebelumnya saya tidak mengenali beliau, tapi bisa cukup akrab dan bisa berfoto dengan beliau," katanya.
Selain itu, kata dia, pada pekan pertama setelah mengetahui benda itu adalah mustika mani gajah, ia kembali bermimpi. Dalam mimpi itu, Safrizal bertemu Presiden Republik Indonesia Joko Widodo. Kata dia, Presiden Jokowi menepuk bahunya sembari memberikan ucapan selamat.
"Tiba-tiba di halaman rumah saya sudah ramai. Ternyata yang datang Pak Jokowi. Beliau langsung menyalami saya, sembari menepuk-nepuk bahu dan mengucapkan selamat ya dek," tutur Safrizal yang sejak empat bulan terakhir mulai menjadi kolektor batu akik dan giok Aceh.
Safrizal juga menceritakan batunya mampu menarik benda mati. Bahkan, katanya, batu tersebut bisa membuat damai orang yang sedang bertengkar.
Ketika bertemu wartawan, Safrizal membuktikan omongan. Ia mengambil lidi. Lidi tersebut kemudian dipatahkan menjadi dua bagian. Lalu kedua lidi itu dicolekkan ke batu. Setelah itu, lidi yang satunya dimasukkan ke baskom. Sementara lidi yang dicolekkan ke batu tadi ia pegang. Ketika lidi didekatkan lidi di baskom, ternyata bergerak mengikuti kemana arah lidi di tangan Afrizal.