Sementara itu, Ketua Ikatan Intelektual Timur Tengah K.H Fadlolan Musyafa yang juga menjadi pembicara mengatakan Islam bisa diterapkan dalam tempat, situasi, dan kondisi apapun karena Islam tidak kaku.
"Islam itu ibarat air. Air itu bisa menyesuaikan ke dalam bentuk apapun, masuk botol jadi air botol, masuk gelas jadi air gelas, turun dari langit jadi air hujan, masuk ke laut jadi air laut," katanya.
Namun, kata dia, kalau Islam diibaratkan sebagai benda yang kaku, seperti meja maka tidak akan cocok untuk ditempatkan di berbagai tempat dan dalam kekakuan itu yang tampak hanya formalitas semata.
"Orang-orang Afganistan saja belajar Islam ke Indonesia karena kelenturannya, malah orang Indonesia belajar Islam yang kaku ke Afganistan. Gambaran tentang Islam harus ditata, diterjemahkan secara baik," katanya.
Dalam seminar itu, hadir pula dua tokoh majelis ulama Afganistan, yakni Fazal Ghani Kakar dan Ahmad Zin Anwari yang mengagumi Islam di Indonesia yang mampu tampil dengan damai dan menyejukkan. (Antara)