Anies Baswedan Beberkan Alasan Buku Agama Bau ISIS Bisa Lolos

Rabu, 25 Maret 2015 | 13:29 WIB
Anies Baswedan Beberkan Alasan Buku Agama Bau ISIS Bisa Lolos
Buku pelajaran SMA kelas XI yang berikan ajaran radikal. (suara.com/Yovie Wicaksono)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Beberapa pekan terakhir, heboh buku pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMA kelas XI karya Mustahadi dan Mustakim terbitan Pusat Kurikulum Perbukuan, Balitbang, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sebab, oleh sebagian kalangan materi buku ini dinilai mengandung materi ajaran berbau radikalisme.

Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Dasar dan Menengah Anies Baswedan materi tersebut lolos karena waktu yang diberikan untuk proses penulisannya terlalu singkat sehingga penulis menggarapnya dengan tergesa-gesa.

"Munculnya buku-buku berisi ajaran radikal tersebut bahwa penulisan buku, dokumen kurikulum itu dikerjakan sangat terburu-buru sehingga belum sempat di-review secara lengkap setelah ditulis," kata Anies ketika menghadiri acara peluncuran buku hasil survei Organisation for Economic Co-operation and Development di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Rabu (25/3/2015).

Mantan Rektor Universitas Paramadina tersebut menjelaskan bahwa buku tersebut dibuat sejak Januari 2014.

Anies mengatakan ketika itu penerbitan buku dilakukan secara serentak dan banyak karena waktu yang ditetapkan untuk penyelesaiannya sudah mepet.

Karena itu pula, Anies mengatakan menghentikan untuk sementara waktu penerapan kurikulum yang dicanangkan pendahulunya, Muhamad Nuh.

"Buku ini diterbitkan pada awal tahun 2014 yang ramai-ramai kemarin itu, itu yang harus digarisbawahi, dan pada bulan Desember kemàrin kita menunda pelaksanaan kurikulum secara masif, karena masalah seperti ini," Anies menambahkan.

Agar kasus semacam itu tak terulang di masa mendatang, kementerian tidak akan menetapkan batas akhir penulisan buku ajar. Dengan harapan proses penggarapannya tidak tergesa-gesa dan hasilnya lebih bagus serta bermanfaat bagi siswa.

"Ke depan kita tidak akan membuat buku yang pokoknya harus jadi tanggal sekian, kita ingin buku kualitas yang baik, isi lengkap, sehingga tidak hanya asal jadi," katanya.

Buku tersebut telah beredar di sekolah-sekolah di Provinsi Jawa Timur. Tapi, Gubernur Jawa Timur Soekarwo memastikan seluruh buku telah ditarik dari semua sekolah.

"Semua buku sudah ditarik, termasuk di kabupaten Jombang. Kepada semua siswa saya berharap untuk fokus belajar saja, tidak usah risau dengan keberadaan buku itu," ujar Soekarwo.

Soekarwo menambahkan penarikan buku dari sekolah melibatkan Dinas Pendidikan dan Majelis Ulama Indonesia. Ia mengatakan proses penarikan buku berjalan cepat karena belum semuanya dibagi-bagikan ke siswa.

Setelah semua buku ditarik, Soekarwo berharap di masa mendatang tidak ada lagi kejadian serupa, apalagi sampai materi bukunya mengandung ajaran sesat.

"Kasus peredaran buku ini harus jadi pelajaran bagi kementerian agar lebih berhati-hati dalam menyusun buku pelajaran," katanya.

Sebelumnya buku ini sempat tidak akan ditarik oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Jombang karena dianggap tidak berbahaya. Namun karena terus menerus didesak berbagai pihak, seperti para guru dan Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama Jombang, akhirnya diputuskan untuk ditarik dari sekolah.

Seperti diketahui, buku tersebut ramai diperdebatkan karena adanya tokoh Muhammad bin Abdul Wahab, penggagas aliran Wahabiyah.

Di halaman 78 buku, dijelaskan tentang pemikiran tokoh kelahiran Arab Saudi itu, di antaranya, boleh membunuh orang yang musyrik dan menyembah selain Allah SWT.

Selain itu, dijelaskan juga kalau menyebut nama nabi, syekh atau malaikat sebagai perantara doa juga dikatakan syirik. Hal yang sama juga berlaku kepada mereka yang meminta syafaat selain kepada Allah SWT.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI