Suara.com - Kelompok Islamic State Iraq Syria (ISIS/IS) menjadi ancaman serius bagi negara - negara di dunia, termasuk negara Islam, karena ajarannya yang dianggap sesat dan radikal.
Indonesia tak terkecuali. Penyebaran paham dan ajaran ISIS semakin meresahkan, terutama pascahilangnya 16 WNI di Turki yang diduga masuk ke Suriah.
Menurut Peneliti di Pusat Studi Islam dan Transformasi Sosial Muhammad Wildan sebetulnya saat ini perkembangan ISIS di Indonesia tidak terlalu pesat, namun harus tetap diwaspadai.
"ISIS di Indonesia sebenarnya perkembangannya tidak pesat tetapi memang banyak kelompok - kelompok kecil dan persoalan yang sudah bergabung dan ini harus diwaspadai perkembangannya," ujar dosen Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, saat ditemui di kediamannya, Minggu (22/3/2015)
Wildan menambahkan perkembangan ISIS harus diwaspadai karena dampaknya bisa menjadi sangat besar bagi berkembangnya kelompok radikal dan teroris di Indonesia, bahkan jika tak ditangani dengan serius bisa saja terjadi aksi bom bunuh diri.
"ISIS ini bisa menjadi isu yang serius, karena bisa jadi berdampak besar bagi Indonesia, terutama pascakonflik Syria nantinya," kata Wildan.
Sementara itu, menanggapi pernyataan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang mengatakan pemerintah bisa mencabut status kewarganegaraan WNI yang ikut ISIS, Wildan mengatakan ancaman tersebut kurang efektif.
Pasalnya, warga Indonesia yang akan berangkat ke Suriah biasanya tak berpikir untuk pulang lagi ke Indonesia.
Selain itu, biasanya bagi siapapun yang sudah bergabung dengan ISIS tidak akan dengan mudah keluar dari sana, kalaupun berhasil meloloskan diri kemungkinan besar akan dibunuh.
Untuk itu, Wildan meminta pemerintah untuk serius menanggulangi penyebaran paham dan ajaran ISIS di Indonesia. (Wita Ayodhyaputri)